Kamis, 18 Juni 2009

Askep Mutiple Sklerosis


BAB I 
PENDAHULAAN

A. Latar Belakang
Multiple sclerosis adalah suatu penyakit oto imun yang ditandai oleh pembentukan antibody terhadap myelin susunan saraf pusat. System saraf perifer tidak terkena. Respon peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan dan edema yang merusak neuron neuron dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada myelin.
Mutiple sclerosis merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Multiple sclerosis memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi orang lain tetapi juga bagi penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba tiba dan bias hilang lagi secara sekejap. Atau menetap selama berhari hari atau berminggu minggu atau bahkan berbulan bulan. 

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian penyakit multiple sclerosis ?
b. Apa gejala gejala penyakit multiple sclorosis ?
c. Apa hal hal yang menyebabkan penyakit multiple sclerosis ?
d. Bagaimana cara pengobatan atau terapi penyakit multiple sclerosis ?

C. Tujuan Penulisan 
Dari latar belakang diatas maka tujuan penulis menulis makalah ini adalah sebagai berikut :
Ingin mengerti penyakit multiple sclerosis ?
a. Ingin mengethui gejala gejala penyakit multiple sclorosis ?
b. Ingin mengetahui hal hal yang menyebabkan penyakit multiple sclerosis ?
c. Ingin mengetahui cara pengobatan atau terapi penyakit multiple sclerosis ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN MULTIPLE SKLEROSIS

Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (ssp) kronis yang meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ).Multiple sclerosis secara umum dianggap sebagai auto imun dimana system imun tubuh sendiri yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan bakteri,Dengan alasasn yang tidak diketahui mulai menyerang atau menghancurkan myelin yaitu lapisan pelindung syaraf yang melindungi syaraf yang berfungsi untuk melancarkan pengiriman pesan dari otak ke seluruh bagian tubuh.Ditandai dengan remisi dan ekaserbasi periodic.Multiple sclerosis menghaisilkan berbagai tanda dan gejala tergantung pada lokasi lesi,biasanya disebut sebagai plaque.

a.Klasifikasi Multiple Sclerosis

  Multiple Sclerosis adalah penyakit yang tidak akan sembuh 100% dan akan terus ada dalam tubuh kita untuk terus menerus memburuk.Namun progresifitas ini bias bermacam macam pada setiap orang.ada yang penyakitnya memburuk dengan cepat dalam hitungan hari ,minggu,atau bulan tanpa sempat merasa sehat lagi.ada juga yang penyakitnya memburuk dan sedikit membaik kemudian memburuk lagi,demikian berulang – ulang dalam waktu yang lama.

 Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill,2000),ada beberapa kategori multiple sclerosis berdasarkan progresivitasnya adalah :
  a.Relapsing Remitting MS
 Ini adlah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti dengan keembuhan semu.Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat penderita terlihat pulih.Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan tingkat kepulihan sebelum terkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit demi sedikit semakin memburuk.jika sebelum terkena serangan hebat pertama penderita memiliki kemampuan motorik dan sensorik 100%,maka setelah serangan tersebut mungkin hanya akan pulih 70-95% aja.serangan berikut akan terus menurukan kemampuan penderita sampai ke 0%.setiap serangan tersebut berakibat semakin memburuknya kondisi penderita.Interval waktu antara serangan satu dengan serangan yang elanjutnya ama sekali tidak bias diduga,bia dalam hitungan hari,minggu bulan atau tahun.Hampir 70% penderita MS pada awalnya mengalami kondisi ini,setelah beberapa kali mengalami serangan hebat,jenis MS ini akan berubah menjadi Secondary Progressiv MS.
  b.Primary Progresssiv MS
 Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk.ada saat – saat penderita tidak mengalami penurunan kondisi ,namun jenis MS ini tidak mengenal istilah kesembuhan semu .Tingkat progresivitanya beragam pada tingakatan yang paling parah ,penderita Ms jenis ini bias berakhir dengan kematian.
  c. Secondary Progressiv MS.
 Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting MS .Pada jenis ini kondisi penderita menjadi serupa pada kondisi penderita Primary Progresssiv MS.
  d.Benign MS
 Sekitar 20% penderita MS jinak ini.Pada jenis MS ini penderita mampu menjalani kehidupan seperti orang sehat tanpa begantung pada siapapun.Serangan – serangan yang diderita pun umumnya tidak pernah berat,sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya menderita MS.

B.GEJALA – GEJALA MULTIPLE SCLEROSIS
 Sebenarnya setiap penderita Multiple Sclerosis dapat mengalami gejala yang berbeda dengan penderita Multiple Sclerosis lainnya. Tetapi secara umum gejala-gejala 
Multiple Sclerosis adalah:
1. Perasaan sakit seperti ditusuk-tusuk pisau di beberapa bagian tubuh.
2. Kebas (kesumutan/ mati rasa) di beberapa bagian tubuh
3. Kehilangan fungsi penglihatan (bersifat sementara/menetap)
4. Pandangan kabur (blurred) atau pengkihatan membayang (seeing double)
5. Kehilangan fungsi pendengaran.
6. Melemahnya kemampuan motorik dan sensorik di seluruh atau sebagian tubuh, biasanya terutama tangan dan kaki.
7. Kelumpuhan tiba-tiba.
8. Kehilangan kesimbangan tubuh, timbul perasaan seperti melayang (vertigo).
9. Migraine yang parah.
10. Kepala bagian belakan terasa berat.
11. Sakit kepala dengan tingkat kesakitan yang sangat extrim (tingkat sakitnya mungkin sama dengan 50X sakit kepala karena FLU)
12. Fatigue, perasaan lelah berlebihan.
13. Sensitive terhadap udara/air panas.
14. Kesulitan berbicara.
15. Sesak nafas.
16. Kesulitan menelan makanan/minuman, tubuh tidak bias menerima makanan/minuman.
17. Nyeri di tulang belakang dengan tingkat kesakitan yang sangat extrim.
18. Gangguan pada kandung kemih dan alat pencernaan (tidak bias menahan keluarnya urine atau sulit mengeluarkan urine, mudah diare, konstipasi dsb.)
19. Gangguan fungsi kognitif (misalnya berkurangnya daya ingat/ mudah lapar, menurunnya daya kosentrasi, dsb.)
20. Gangguan psikologis (depresi, kehilangan kendali emosi, kehilangan control diri, paranoid,dsb.)
21. Nyeri dan kejang otot.
22. Tremor (gemetaran seperti penderita alzheimer)
Gejala-gejala multiple sclerosis yang telah di sebutkan di atas adalah gejala umum yang bias di derita penderita Multiple sclerosis. Seorang penderita Multiple Sclerosis belum tentu mengalami gajala di atas. Bias saja penderita tersebut hanya mengalami 5-10 gejala di atas, atau ada juga yang mengalami gejala lain yang tidak disebutkan di atas.

C.PENYEBAB
 Sampi saat ini penyebab Multiple Sclerosis belum sepenuhnya diketahui. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyebab Multiple Sclerosis yang paling nyata adalah factor genetok (mirip kenker), tapi perkembangan dunia kedokteran terbaru membantah kesimpulan ini. Penelitian terbaru membuktikan bahwa Multiple Sclerosis sama sekali bukan penyakit menular, juga bukan penyakit keturunan.
 Sampai saat ini multiple sclerosis lebih banyak diderita oleh wanita dari pada pria.yang terserang biasanya orang – orang yang berumur antar 20 – 50 tahun.penderita multiple sclerosis banyak ditemukan di daerah – daerah beriklim dingin dan pada umumnya berasal dari ras kaukasoid ( bangsa kulit putih).sedangkan di daerah yang beriklim panas seperti di Indonesia dan pada bangsa kulit berwarna lainya.Multiuple sclerosis menjadi penyakity yang amat sangat langka.
.Pemicu Terjadinya Serangan MS
 Ada beberapa pemicu serangan Ms yang harus dihindari penderita agar tidak mempercepat progresifitas atau perburukan penyakitnya yaitu :
  a.Panas
• Penderita MS sebaiknya tidak berada diluar rumah tanpa perlindungan ketika hari sedang pana terik.
• Penderita MS sebaiknya tidak tinggal di daerah panas seperti daerah pantai.
• Penderita M sebaiknya tidak mandi air Hangat
• Penderita MS sebaiknya tidak mandi sauna.
  b.Kerja Berat
Penderita MSS sebaiknya tidak melakukan aktivitas atau pekerjaan fisik yang terlalu berat.
  c.Stress
• Penderita MS edapat mungkin harus menghindari stress atau guncangan mental sekecil apapunkarena stress adalah pemicu seranga yang paling berbahaya bagi penderita MS.

 Pengobatan
1. Obat
Secara medis tidak ada yang menyembuhkan M 100%.Obat – obatan yang ada hanyalah menghambat interval serangan ,sedikit mengurangi tingkat keparahan serangan,memperlambat progreifitas atau perburukan MS.Obat yang biasa I berikan dokter adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan satu atau dua gejala saja.Misalnya ,jika gejala yang muncul adalah akit kepala maka dokter akan memberikan obat sakit kepala.Ada obat yang tidak menyembuhkan namun berfungsi untuk memperlambat kerusakan.yaitu Interferon beta-1a atau kortikosteroid.Interferon bias disuntikan 1-3 kali seminggu secara teratur seumur hidup.
Penggunaan interferon biasanya menimbulkan gejala – gejala influenza,seperti sakit kepala ,demam dan myalgia (nyeri otot/sendi).Gejala mirip flu ini akan timbul 4-6 jam etelah injeksi dan gejala ini akan menetap selama beberapa jam.efek samping yang lain adalah moon face,wajah terlihat menjadi bulat seperti bulan ,gemuk)badan gemuk,insomnia (sulit tidur),euporia(perasaan gembira berlebihan),dan perasaan tertekan (depresi ringan).
  2. Bed Rest
Penderita MS membutuhkan banyak istirahat terutama setelah mengalami serangan baik serangan kecil maupun erangan hebat.lamanya istirahat tergantung kondisi penderita,semakin hebat serangan yang di alami semakin lama waktu istirahat yang diperlukan.istirahat ini bisa dilakukan di rumahsakit atau dirumah sendiri.
  3. Pengobatan Dengan Transplantasi Sel Induk
Ilmu kedokteran yang terus berkembang membawa harapan besar bagi penderita MS.Berinduk pada pengalaman penderita MS Amerika yang telah menjalani pengobatan dengan transplantasi sel induk dari sum –sum tulang belakangnya sendiri (sebelum pengobatan tersebut kehidupan penderita dari amerika terjebak dalam kursi roda lumpuh total setelah pengobatan meskipun tidak 100% sembuh,ia akhirnya dapat menggunakan kakinya untuk berjalan).
Pengobatan dengan sel induk ini memang tidak menjajikan kesembuhan 100%,serta mengharuskan penderita MS rela merogoh sakunya dengan sangat dalam,namun setidaknya pengobatan ini mungkin dapat menjadi harapan baru bagi sebagian kecil penderita MS.

D.ANALISA DATA
No Data Masalah
  























E.PERENCANAAN
No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan Rasional
1

































2






3



















































4


































 Kerusakan mobilitas fisik b/d kelemahan, paresisi, spastisitas































Resiko cedera berhubungan dengan kerusaakan sensori dan penglihatan.



Gangguan harga diri berhubungan dengan


















































Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan disfungsi medula spinalis - Tentukan dan kaji tingkat aktivitas sekarang dan derajat gangguan fungsi dengan skala 0-4.


- Identifikasi faktor – faktor yang mempengarhuri kemampuan untuk aktif, misalnya pemasukan makanan yang tidak adekuat, insomnia, penggunaan obat-obat tertentu.
- Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri sendiri sesuai dengan kemampuan maksimal yang dimiliki pasien.

- Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman dan berikan alat bantu berjalan.





- Buat rencana perawatan dengan periode istirahat konsisten diantara aktivitas
- Identifikasi tipe gangguan epnglihatan yang dialami klien (diplopia, nigstagmus, neuritis optikus / penglihatan kabur)

- Ciptakan hubungan terapiutik pasien dan perawat,diskusikan perasaan takut/hal yang dipikiekan pasien.





- Catat tingkah laku menarik diri/perilaku sikap menyangkal atau terlalu memikirkan tubuhproses penyakitnya.







- Dukung penggunaan mekanisme pertahanan,biarkan pasien menangani informasi dengan cara dan waktunya sendiri.



- Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.catatadanya perubahan dalam hubungan keluarga






- Berikan lingkungan terbuka bagi pasienkeluarga untuk mendiskusikan masalah seksualitas.





- Catat frekuensi berkemih,adanya berkemih yang tidak dapat ditahan inkontinensia,nokturia, kekuatan aliranlakukan palpasi setelah berkemih.








- Lakukan program latihan kandung kemih.





- Anjurkan untuk minum yang cukup,batasi minum selama sore menjelang malam dan saat tidur.Rekomendasi penggunaan jus buah tertentu/vit C
- Tingkatkan latihan terus menerus 



- Anjurkan pasien untuk mengobservasi sedimen/darah dalam urine,urine uang pekat/kotor,adanya demam. - berikan informasi untuk mengembangkan rencana perawtan bagi program rahabilitasi
- berikan kesempatan untuk memecahkan masalaha untuk mempertahankan / meningkatkan mobilitas.


- meningkatkan kemandirian dan rasa mobilitas diri dan dapat menurunkan perasaan tidak berdaya
- latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan keefektifan pasien untuk berjalan dan alat bantu gerak dapat menurunkan kelemahan, meningkatkan kemandirian.
- menurunakn kelelahan, kelemahan otot yang berlebihan

- mengidentifikasi tipe gangguan visual yang terjadi dan batasan keparahan.



- Meremehkan sikap peduli dan mengembangkan rasa saling percaya antara pasien dan perawat yang di dalamnya pasien beba nengekspresikan ketakutan dan perasaan putus asa.
- Awalnya mungkin merupakan respon perlindungan yang normal,tetapi jika berkepanjangan bisa menghalangi sikap untuk menghadapi kenyataan sebagai mana seharusnya dan dapat menuntun ke arah koping yang tidak efektif.
- Konfrontasi pasien terhadap situasi yang nyata dapat mengakibatkan peningkatan ansietas dan mengurangi kemampuan untuk mengatasi perubahan peran/konsep diri.
- Keluarga mungkin secara sadar atau tidak,memperkuat sikap negatif dan keyakinan pasien atau informasi sekunder yang mungkin menhambat peningkatan kemampuan menangani keadaan.
- Perubahan fisik dan psikologis sering kali menimbulkan stresor dalam hubungan keluarga yang memengaruhi peran/harapan semula.selanjutnya mengganggu konsepdiri.
- Memberikan informasi mengenai derajad gangguan eliminasi atau mungkin adanya indikasi infeksi kandung kemih.kandung kemih yang masih penuh setelah berkemih merupakan indikasi pengosongan yang tidak adekuat dan memerlukan intervensi.
- Membantu untuk mempertahan kan fungsi kandung kemih yang adekuat,mengurangi terjadinya infeksi kandung kemih.
- Hidrasi yang cukup meningkatkan pengeluaran urine dan membantu dalam mencegah infeksi. 


- Menurunkan resiko berkembangnya infeksi pada saluran kemih/kandung kemih.
- Merupakan indikasi adanya infeki yang memerlukan evaluasi/pengobatan selanjutnya.




















BAB III
PENUTUP

Penulisan makalah tentang ”MULTIPLE SKLEROSIS” ini telah kami selesaikan dengan lancar. Kami berharap, dengan adanya penulisan makalah ini, dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penyusun, sadar betul bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sekalian yang bersifat membangun.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah mendukung kelancaran dalam pembuatan makalah ini


 

















DAFTAR PUSTAKA

www.google.com


Cirosis Hepatis

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Cirrosis hepatis adalah penyakit hati kronis, ditandai dengan destruksi sel-sel hati yang menyebar dan pergantian oleh sel-sel fibrus yang mengubah struktur hati dan pembuluh darah. Penyakit ini timbul pengertian baru mengenai kelainan patofisiolagik, yang menjadi dasar rangkaian gejala-gejalanya. Penilaian klinik tia tiap-tiap kasus Cirrosis hepatis harus ditinjau dari sudut Morfologik etiologik, dan Fungsionil terapeutik. Cirrosis hepatis menyebabkan berbagai jenis penyakit lainnya yang disebabkan oleh kerusakan yang berulangulang yang mengenai sel/sekelompok sel hati akan menimbulkan perenchym yang lain bentuknya dengan susunan Vaskuler yang berlainan. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami mengambil judul Cirrosis hepatis karena penyakit ini sering sekali ditemui di Rumah Sakit, dan karena penyakit ini sangat berbahaya dan butuh pengamanan segera.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini kami menyajikan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Cirrosis hepatis?
2. Bagaimana gejala-gejala dari penyakit Cirrosis hepatis?
3. Bagaimana etiologi dari Cirrosis hepatis?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit Cirrosis hepatis?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian Cirrosis hepatis?
2. Mengetahui gejala penyakit Cirrosis hepatis?
3. Mengetahui etiologi dari Cirrosis hepatis?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit Cirrosis hepatis?

Gejala-gejala Cirrosis Hepatis
1. Hipertensi Portal
Tekanan dalam Vera portae normal 50 – 100 mm H2O. Pada hipertensi portal dapat lebih dari 500 mm H2O. Hipertensi portal disebabkan oleh aliran darah portal yang terganggu. Beberapa penyelidikan menunjukkan, bahwa obstruksi akibat tekanan tonjolan regeneratif terjadi pada cabang Vena portae. Obstruksi yang terpenting untuk patagonesis ascietis ialah yang letaknya postsinusad, yaitu yang letaknya pada Vena saldobularis, suatu cabang Vena hepatica. Dasar Anatomik gangguan sirkulasi portal ialah bukan penyempitan darah oleh jaringan ikat/shunt arterivena, melainkan destruksi yang luas dari pada pembuluh darah lama serta distorsi pemuluh darah dan hub. Vaskuler akibat pseudolobulas.

2. Ascites
Seperti telah dikemukakan di atas, maka ascries pada Cirrhosis hepatis disebabkan oleh hipertensi portal, akibat Obstruksi Postsinusoid dan kerusakan sel hati. Hipertensi portal menimbulkan :
a. Pembentukan Limfe hati yang mengalir ke dalam rongga perut, melalui simpai hati.
b. Penambahan jumlah, lebar dan tebalnya saluran Limfe Ligamen hepato duodenal.
c. Kongesti yang penting artinya untuk retensi Natrium.
Bersama dengan bendungan, kerusakan sel hati juga bertanggung jawab atas terganggunya Inaktivasi hormon yang dibentuk oleh Kortex adrenal (Aidosteran) dan hipofisis. Adanya kedua hormon ini yang berlebihan, menyebabkan pula retensi natrium. Kerusakan sel hati mengakibatkan terganggunya pembentukan Albumin, sehingga dapat terjadi ascites akibat berkurangnya tekanan Osmotik darah.

3. Disfungsi Hepatik
Fungsi hati yang berkurang disebabkan juga oleh Anastomis percabangan Vena portae dengan Arteria hepatica intrahepatik. Degenerasi sel hati merupakan faktor penting untuk menimbulkan gejala klinik. Kelainan ini dapat dihubungkan dengan gejala klinik dan Bioklinik, yang penting artinya untuk menentukan jalannya proses Cirroshis.
Misalnay gejala klinik :
a. Ikterus akibat Hiperbilirubinemi.
b. Albumin serum yang berkurang.
c. Globulin serum yang meninggi yang biasanya disebabkan oleh reaksi mesenchym.
d. Kelainan endokrim merupakan refleksi daripada degenerasi hepataseluler.
Komplikasi Cirroshis ialah Varices Oesophagus pecah, caranoma hepatis, infeksi interkuren, trombosis vena portae.
 
G. Pengolahan Kasus/Pohon permasalah
 Pathofisiolagical Pathwasy

 
Alkoholik

Anoreksis

Intake nutrisi
Inadekuat protein

Faktor liponik

Trenfer lemak

Akumulasi lemak 

Disel-sel hati 

Akumulasi lemak

Gangguan metabolik




Mal nutrisi 








Obstruksbiliaris 

Penumpukan empedu
pada massa hati

Kerusakan hati 

Peradangan hati

Neurosis hati

Sirosis hepatitis

Virus Hepatitis 
Di dalam penderita hepatitis

Luka, mukosa, darah infasis 
penderita hepatitis

Balnerimia

Hati 

Hepatotoksik















Bahan kimia, racun
Obat-obatan

Masuk lewat makanan 
dan minuman

Peredaran darah

Organ tubuh ( hati )

Instroksikasi





 
Pathofisiological Pathways 
Cirrhosis Hepatis






















 

Gizi Ibu Hamil

BAB II
PEMBAHASAN


A.KEBUTUHAN GIZI IBU HAMIL
• Kalori 
Selam hamil,ibu membutuhkan tambahan energi/kalori untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,juga plasenta,jaringan payudara,cadangan lemak,serta untuk perubahan metabolisme yang terjadi di trimester II dan III,kebutuhan kalori tambahan ini berkisar 300 kalori per hari dibandingkan saat tidak hamil.Berdasarkan perhitungan,pada akhir kehamilan dibutuhkan sekitar 80.000 kalori lebih banyak dari kebutuhan kalori sebelum hamil.
• Protein 
Kebutuhan protein bagi wanita hamil adalah sekitar 60 gram.Artinya,wanita hamil butuh protein 10-15 gram lebih tinggi dari kebutuhan wanita yang tidak hamil.Protein tersebut digunakan untuk membentuk jaringan baru,maupun plasenta dan janin.Protein juga dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan diferensasi sel. 
• Lemak 
Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan lemak sebagai sumber kalori utama.Lemak merupakan sumber tenaga yang vital dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta.Pada kehamilan yang normal,kadar lemak dalam aliran darah akan meningkat pada akhir trimester III.tubuh wanita hamil juga menyimpan lemak yang akan mendukung persiapannya untuk menyusui setelah bayi lahir. 
• karbohidrat 
Karbohidrat merupakan sumber utama tambahan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan.Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan karbohidrat sebagai sumber kalori utama.Pilihan yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti roti,serealia,nasi dan pasta.Selain mendukung vitamin dan mineral,karbohidrat kompleks juga meningkatkan asupan serat yang dianjurakn selama hamil intuk mencegah terjadinya konstipasi atau sulit buang air besar dan wasir. 
• Vitamin dan Mineral 
Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak vitamin dan mineral dibanding sebelum hamil.Ini perlu untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses diferensasi sel.Tak Cuma itu, tambahan zat gizi lain yang penting juga dibutuhkan untuk membantu proses metabolisme energi seperti vitamin B1,vitamin B2,niasin, dan asam pantotenat.Vitamin B6 dan B12 diperlukan untuk membentuk DNA dan sel-sel darah merah,sedangkan Vitamin B6 juga berperan penting dalam metabolisme asam amino. 
Kebutuhan vitamin A dan C juga meningkat selama hamil.Begitu juga kebutuhan mineral,terutama magnesium dan zat besi.Magnesium dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dari jaringan lunak.Sedangkan zat besi dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah dan sangat penting untuk pertumbuhan dan metabolisme energi,disamping untuk meminimalkan peluang terjadinya anemia.Kebutuhan zat besi menjadi dua kali lipat dibandingkan sebelum hamil. 
• DHA 
Selama masa kehamilan, asam lemak dokosaheksaenoat (DHA) sangat penting  
  untuk perkembangan otak bayi. Bayi dalam kandungan anda bergantung pada  
  kecukupan asupan DHA anda. 
  Penelitian menunjukkan bahwa suplementasi DHA dari ibu dapat meningkatkan 
  status DHA bayi. Para ahli menganjurkan agar wanita hamil mengkonsumsi 300  
  mg DHA per hari.



B.DAMPAK KURANG GIZI 
Kekurangan asupan gizi pada trimester I dikaitkan dengan tingginya kejadian bayi lahir prematur,kematian janin, Dn Kelainan pada sistem saraf pusat bayi.Sedangkan kekurangan energi terjadi pada trimester II dan III dapat menghambat pertumbuhan janin atau tak berkembang sesuai usia kehamilannya.contoh konkretnya adalah kekurangan zat besi yang terbilang paling sering dialami saat hamil.Gangguan inin membuat ibu mengalami anemia alias kekurangan sel darah merah.Kekurangan asam folat juga dapat menyebabkan anemia,selain kelainan pada bayi, dan keguguran. 
Padahal,tak sulit memperolehtambahan zat besi dan asam folat ini.Selain dari suplemen,juga dari bahan makanan yang disantapnya.Namun ibu hamil tak dianjurkan mengkonsumsi suplemen multivitamin karena kelebihan vitamin A dan D dosis tinggi dalam tubuh justru dapat menimbulkan penumpukan yang berefek negatif.Suplemen dalam bentuk jejamuan juga tidak dianjurkan jika kebersihan dan keamanan bahannya tidak terjamin. 
Anemia pada Ibu Hamil

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Di Indonesia Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan Zat Besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.  

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar. 

C.ANJURAN UNTUK IBU HAMIL
Ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi sedikitnya dua gelas susu sehari atau kalau tidak,santaplah hasil produksi ternak lainnya.Ingat,keanekaragaman bahan makanan merupsksn kunci dsri menu msksnsn bergizi seimbang.Kebutuhan kalori mudah didapat dari tambahan porsi biji-bijian,sayuran,buah, dan susu rendah lemak.Jika ibu baru mengkonsumsi menu bergizi setelah beberapa minggu kehamilan,diharapkan keterlambatannya tidak melampaui masa trimester II yang merupakan masa pertumbuhan janin terbesar. 
Bagi ibu hamil sebenarnya tidak ada makanan yang benar-benar harus dihindari,kecuali merokok da alkohol.Namun bila ibu mengalami keluhan mual-muntah,maka ia tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang keluhan mual-muntahnnya.Contohnya adalah durian.Jika tidak ada keluhan,buah ini boleh dikonsumsi selama hamil asalkan dalam jumlah yang wajar,yaitu sekitar 35 gram dalam sehari. 
Olahan apapun seperti makanan yang dibakar boleh saja disantap asalkan benar-benar matang dan tidak dikonsumsi bagian gosongnya.Selanjutnya,apabila ibu hamil telah mengkonsumsi makanan sesuai anjuran,maka camilan tanpa kalori boleh-boleh saja dikonsumsi seperti agar-agar,gelatin dan sejenisnya. 
Selain alkohol,kopi juga tidak dianjurkan diminum selama hamil karena kurang mengandung zat gizi dan kemungkinan memberikan efek negatif walau hal ini masih diperdebatkan.Merokok aktif maupun pasif jugs harus dihentikan karena berkaitan dengan tingginya resiko keguguran,bayi lahir meninggal,lahir prematur, ataupun lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 2.500 gram) 



















D.PETUNJUK AGAR IBU DAN BAYI SEHAT  
 Berikut ini petunjuk agar ibu dan bayi sehat  
  
   
  

 E.PANTAU KENAIKAN BERAT BADAN

 Pada trimester 1 biasanya ibu hamil akan mengalami penyesuaian terhadap perubahan fungsional dalam tubuhnya akibat proses kehamilan.Di antaranya keluhan mual-muntah dan rasa tidak nyaman lainnya.Dengan demikian,asupan makanan selama trimester ini belum dapat menaikkan berat badan ibu hamil.Normalnya,pada trimester 1 berat badan diharapkan naik kurang dari 2 kg.Sedangkan pada trimester II dan III sebaiknya kenaikan berat badan kurang dari ½ kg setiap mingguny
   
 Ibu hamil yang tergolong kurus sebelum hamil,diharapkan bisa mencapai kenaikan berat badan sebanyak 12,518 kg pada akhir kehamilan.Sedangkan untuk mereka yang tidak kurus dan tidak gemuk alias memiliki berat badan ideal diharapkan mencapai kenaikan berat badan sebesar 11,516 kg di akhir kehamilannya.Sedangkan mereka yang kelebihan berat badan saat sebelum hamil diharapkan kenaikan berat badannya hanya 711,5 kg pada akhir kehamilannya.Sementara wanita hamil yang kegemukan sebelum hamil,kenaikan berat badan dianjurkan sebatas 6 kg atau lebih sedikit pada akhir kehamilannya.Agar kenaikan berat badan terjaga,tentu saja ibu perlu secara berkala dan rutin menimbang badan bersama dengan pemeriksaan kehamilan


Daftar Berat Badan Yang Dianjurkan Pada Masa Kehamilan 
Profil Pertambahan berat badan 
Berat badan normal 11.5 - 16.0 kg (25 - 35 lb) 
Berat badan rendah 12.5 - 18.0 kg (28 - 40 lb) 
Berusia dibawah 19 tahun 12.5 - 18.0 kg (28 - 40 lb) 
Kelebihan berat badan 7.0 - 11.5 kg (15 - 25 lb) 
Obese 6.8 kg (setidaknya 15 lb) 
Hamil bayi kembar 16.0 - 20.5 kg (35 - 45 lb) 

F.MENU SEHARI IBU HAMIL

 Menu makanan untuk ibu hamil pada dasarnya tidak banyak berbeda dari menu sebelum hamil.Jadi seharusnya tidak ada kesulitan berarti dalam pengaturan menu makanan selama hamil.Nah,berikut bahan makanan yang dianjurkan dalam sehari:
  
Kelompok bahan makanan: Porsi: 
Roti,serealia,nasi,dan mie 6 piring/porsi
Sayuran 3 mangkuk
Buah 4 potong
Susu,yogurt,dan keju 2 gelas
Daging,ayam,ikan,telur,dan kacang-kacangan 3 potong
Lemak,minyak 5 sendok teh
Gula 2 sendok makan  












Berikut table contoh menu makanan dalam sehari bagi ibu hamil: 
Bahan makanan Porsi hidangan sehari Jenis hidangan
Nasi
Sayuran
Buah
Tempe
Daging
Susu
Minyak
Gula 5+1 porsi
3 mangkuk
4 potong
3 potong
3 potong
2 gelas
5 sendok teh
2 sendok makan Makan pagi: nasi 1,5 porsi (150 gram) dengan ikan/daging 1 potong sedang (40 gram),tempe 2 potong sedang (50 gram),sayur 1 mangkuk,dan buah 1 potong sedang.
Makan selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang.
Makan siang: nasi 3 porsi (300 gram),dengan lauk,sayur dan buah sama dengan pagi.
Selingan: susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang.
Makan malam: nasi 2,5 porsi (250 gram) dengan lauk,sayur dan buah sama dengan pagi/siang.
Selingan: susu 1 gelas.

Variasikan menu tersebut dangan bahan makanan penukarnya sebagai berikut:
 
  1 porsi nasi (100 gram) dapat ditukar dengan:

Roti 3 potong sedang (7o gram), kentng 2 biji sedang (210 gram), kue kering 5 buah besar ( 50 gram), mie basah 2 gelas ( 200 gram), singkong 1 potong besar (210 gram ), jagung biji 1 piring (125 gram), talas 1 potong besar, ubi 1 biji sedang (135 gram) 

  1 potong sedang ikan (40 gram) dapat di tukar dengan : 

1 potong kecil ikan asin (15 gram), 1sedok makan ikan teri kering (20 gram), 1 potong sedang ayam tanpa kulit (40 gram), 1 buah sedang hati ayam (30 gram), 1butir telur ayam negeri (55 gram), 1 potong daging sapi (35 gram), 10 biji bakso sedang (170 gram) dan lainnya.

  1 mangkuk (100 gram) sayuran), diantaranya buncis, kol, kangkung, kacang panjang, wortel, labu siam,sawi, terong dan lainya.

  1 potong buah, seperti 1 potong besar papaya (110 gram), 1 buah pisang (50 gram), 2 buah jeruk manis (110 gram), 1 potong besar melon (190 gram), 1 potong besar semangka (180 gram), 1 apel (85 gram), 1 buah besar belimbing (140 gram), ¼ buah nenas sedang (95 gram), ¾ buah mangga besar (125 gram), 9 duku buah sedang (80 gram), 1 jambu biji besar (100 gram), 2 buah jambu air sedang (110 gram),8 buah rambutan (75 gram), 2 buah sedang salak (65 gram), 3 biji nangka (45 gram), 1 buah sedang sawo (85 gram) dan lainnya.

  2 potong sedang tempe ( 50 gram) dapat ditukar dengan:

Tahu 1 potong besar (110 gram), 2 potong oncom kecil (40 gram), 2 sendok makan kacang hijau (20 gram), 2,5 sendok makan kacang kedelai (25 gram), 2 sendok makan kacang merah segar (20 gram), 2 sendok makan kacang tanah (15 gram), 1,5 sendok kacang mete (15 gram) dan lainnya.

  1 gelas susu sapi (200 cc) dapat ditukar dengan:

4 sendok makan susu skim (20 gram), 2/3 gelas yogurt non fat (120 gram), 1 potong kecil keju (35 gram),dan lainnya.

  Minyak kelapa 1 sendok teh (5 gram) dapat ditukar dengan:

Avokad ½ buah besar (60 gram), 1 potong kecil kelapa (15 gram), 2,5 sendok makan kelapa parut (15 gram), 1/3 gelas santan (40 gram),dan lainnya.

  Gula pasir 1 sendok makan (13 gram) dapat ditukar dengan:

1 sendok makan madu (15 gram).


   

Askep Hemoroid

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Wasir – begitu awam menyebutnya – memang menjadi momok bagi segelintir orang yang menderitanya. Benjolan didalam anus yang mau tak mau ’dibawa’ setiap hari sangat membuat rasa tidak nyaman. Duduk, salah. Berdiri, juga salah. Apalagi kalau hendak buang hajat, meringis kesakitan.
Hemorrhoid, ambein, atau wasir dapat dialami oleh siapapun. Namun seringkali penderita merasa malu atau dianggap tidak penting maka kurang memperhatikan gangguan kesehatan ini. Secara anatomi ambeien bukanlah penyakit, melainkan perubahan fisiologis yang terjadi pada bantalan pembuluh darah di dubur, berupa pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. 
Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, kata dr Toar JM Lalisang SpB-KBD dalam Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK) 2005, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal (kanalis anus).
Secara keseluruhan berdasarkan statistik, jumlah tindakan hemoroidektomi menurun. Puncaknya terjadi tahun 1974 dimana hemoroidektomi dilakukan sebanyak 117 per 100.000 orang. Angka itu menurun 13 tahun kemudian (1987) menjadi 37 per 100.000 orang.
Hemoroid tidak pandang bulu. Baik laki-laki maupun perempuan punya risiko yang sama. Di sisi lain, risiko hemoroid justru meningkat seiring bertambahnya usia. Usia puncak adalah 45-65 tahun.




 
B. RUMUSAN MASALAH
1. Sebutkan definisi hemoroid ?
2. Sebut dan jelaskan klasifikasi dari hemoroid ?
3. Jelaskan prevalensi dari hemoroid ?
4. Jelaskan penyebab dari hemoroid ?
5. Jelaskan gejala – gejala pada penderita hemoroid ?
6. Jelaskan patofisiologi hemoroid ?
7. Buat asuhan keperawatan mengenai hemeroid secara umum ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Menyebutkan definisi dari hemoroid.
2. Menyebutkan dan mengklasifikasikan mengenai hemoroid.
3. Menjelaskan prevalensi dari hemoroid.
4. Menjelaskan penyebab dari hemeroid.
5. Menjelaskan gejala-gejala pada penderita hemoroid.
6. Menjelaskan patofisiologi dari hemoroid.
7. Membuat asuhan keperawatan mengenai hemoroid secara umum.

 












BAB II
PEMBAHASAN

I Pengertian Hemeroid 
   

• Menurut asal katanya [Yunani, haem = blood (darah), rhoos = flowing (mengalir)]
(Oleh ANDRA RACIKAN UTAMA - Edisi September 2006 (Vol.6 No.2 )
• Masa Vaskular yang menonjol kedalam lumen rektumbagian bawah atau areal perineal
(Sandra M Nettina)
• Adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot & pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang elastis sehingga cairan darah terhambat dan membesar
(Daldiyono)
• Terjadi pelebaran ( dilatasi ) vena pada anus maupun rectal ( fleksus haemorrhoidalis superior dan media : haemorrhoid interna dan fleksus haemorrhoidalis inferior : haemorrhoid eksterna ).
Insiden terjadi pada usia 20 - 50 tahun.
(http://iwansain.wordpress.com/2007/09/19/asuhan-keperawatan-klien-dengan-hemorhoid/)

II Klasifikasi

Berdasarkan letak, hemoroid dibagi menjadi 3 yaitu hemoroid eksterna, interna, dan campuran.
1. Homoroid Eksterna
Dikatakan eksterna karena benjolan terletak dibawah linea pectinea, diatas garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa anus. Hemoroid ini tetap berada di dalam anus. 
 
Mempunyai 3 bentuk yaitu :
a. bentuk hemoroid biasa yang letaknya distal linea pectinea
b. bentuk trombosis
c. bentuk skin tags
Biasanya benjolan pada hemoroid eksternus akan keluar dari anus bila mengedan, tapi dapat dimasukkan kembali dengan jari. Rasa nyeri pada perabaan menandakan adanya trombosis, yang biasanya disertai penyulit seperti infeksi atau abses perianal.
2. hemoroid interna 
Terletak diatas linea pectinea. Hemoroid interna merupakan benjolan dari vena hemoroidalis internus yang dilapisi epitel dari mukosa anus terletak dibawah garis anorektal. Pada posisi litotomi, benjolan paling sering terdapat pada jam 3, 7, dan 11. Ketiga letak itu dikenal dengan three primary haemorrhoidal areas. hemoroid ini keluar dari anus (wasir luar)
 
Dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan perkembangannya :
o Tingkat 1 : biasanya asimtomatik dan tidak dapat dilihat, jarang terjadi perdarahan. Benjolan dapat masuk kembali dengan spontan
o Tingkat 2 : gejala perdarahannya berwarna merah segar pada saat defekasi (buang air besar)
benjolan dapat dilihat disekitar pinggir anus dan dapat kembali dengan spontan.
o Tingkat 3 : prolapsus hemoroid, terjasi setelah defekasi dan jarang terjadi perdarahan,
prolapsus dapat kembali dengan dibantu.
o Tingkat 4 : terjadi prolaps dan sulit kembali dengan spontan

III PREVALENSI
• wanita hamil, kehmilan menyebabkan otot-otot pinggul menjadi semakin tidak elastis.
• wanita melahirkan, saat proses persalinan normal/ spontan yang selalu dibarengi dengan mengedan.
• semua pria yang umumnya berusia diatas 40 tahun.
• semua orang yang menderita obesitas
KOMPLIKASI
• Perdarahan 
• Anemia
• Inkontinensia feses
• strangulasi

IV PENYEBAB
• terlalu banyak mengejan saat buang air besar
• kebiasaan berjongkok atau duduk terlalu lama 
• mengangkat beban terlalu berat misalnya: pembesaran prostat jinak ataupun kenker prostat, penyempitan saluran kemih, dan sering melahirkan anak.
• wanita hamil yang mengedan saat melahirkan
• diare kronik
• usia lanjut
• hubungan seks peranal
• hereditas
• sembelit
• genetic predisposisi
• infeksi anal
• pembedahan rektal atau episiotomi
• alkoholisme
• hipertensi portal (sirosis)
• batuk
• bersin
• muntah

V GEJALA
 
• terjadi benjolan-benjolan disekitar dubur setiap kali buang air besar
• rasa sakit atau nyeri
rasa sakit yang timbul karena prolaps hemoroid (benjolan tidak dapat kembali) dari anus terjepit karena adanya trombus.
• perih
• perdarahan segar disekitar anus darah yang keluar bisa berupa tetesan namun juga bisa mengalir deras, darah berwarna merah muda, penderita biasanya tidak merasa sakit.
• perdarahan terjadi dikarenakan adanya ruptur varises.
• perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat lama)
• keluar lendir yang menyebabkan perasaan isi rektum belum keluar semua Rasa mengganjal, setelah BAB (buang air besar) ada sensasi rasa mengganjal, kondisi ini menciptakan kesan bahwa proses BAB belum berakhir, sehingga seseorang mengejan lebih kuat, tindakan ini justru membuat ambeien semakin parah.
















VI PATOFISIOLOGI

























Darah yang mengalir pada waktu defekasi maupun sesudahnya menjadi gejala yang paling sering dikeluhkan oleh penderita hemoroid. Darah berwarna merah segar itu bisa menetes, bisa pula menyemprot. Terlebih lagi, feses yang keras dapat menyebabkan robekan sehingga terjadi perdarahan yang lebih hebat hingga kadar hemoglobin dapat mencapai dibawah 4 g/dl.
Bila sudah terjadi radang maka penderita juga merasakan nyeri hampir sepanjang hari. Awalnya, benjolan dapat keluar masuk dengan sendirinya. Namun, lama kelamaan benjolan mandek, tidak bisa lagi masuk ke dalam sehingga perlu dibantu dengan jari tangan. Sementara itu, risiko trombosis dapat terjadi ketika bantalan anus sudah prolaps. Trombosis yang mengalami edema dan inflamasi lama kelamaan akan membentuk polip fibrosis atau skin tags.
Pada kasus hemoroid interna, mukosa anus dapat mengeluarkan sekret yang disertai perdarahan, yang sering mengotori celana dalam dan menyebabkan maserasi kulit. Bila ditambah lagi dengan higiene yang buruk serta reaksi alergi obat topikal yang dioleskan pada anus maka akan memicu dermatitis periana
 
TERAPI 
Farmakologis
Menangani hemoroid tak melulu perlu tindakan invasif. Dengan obat juga bisa. Namun, pemilihan jenis terapi (obat atau invasif) sangat bergantung dari keluhan penderita serta derajat hemoroidnya. Tidak ada indikasi mutlak dalam terapi invasif dan diusahakan menjadi pilihan terakhir. 
Salah satu obat hemoroid adalah diosmin dan hesperidin yang dimikronisasi. Layaknya noradrenalin, obat ini mengakibatkan kontraksi vena, menurunkan ekstravasasi dari kapiler dan menghambat reaksi inflamasi terhadap prostaglandin (PGE2, PGF2). Kehadiran obat ini tentu memberi angin segar bagi penderita hemoroid yang takut atau enggan dioperasi. Sebuah studi acak bahkan membuktikan obat ini sama efektif dengan rubber band ligation. Malah dengan efek samping lebih kecil.

Nonfarmakologis
- perbaiki pola hidup (makanan dan minum): perbanyak konsumsi makanan yang mengandung serat (buah dan sayuran) kurang lebih 30 gram/hari, serat selulosa yang tidak dapat diserap selama proses pencernaan makanan dapat merangsang gerak usus agar lebih lancar, selain itu serat selulosa dapat menyimpan air sehingga dapat melunakkan feses. mengurangi makanan yang terlalu pedas atau terlalu asam. menghindari makanan yang sulit dicerna oleh usus. tidak mengkonsumsi alkohol, kopi, dan minuman bersoda. perbanyak minum air putih 30-40 cc/kg BB/hari.
- perbaiki pola buang air besar : mengganti closet jongkok menjadi closet duduk. jika terlalu banyak jongkok otot panggul dapat tertekan kebawah sehingga dapat menghimpit
 Pembuluhdarah.
- penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan lokal daerah anus dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit tiga kali sehari. selain itu penderita disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk atau tidur, lebih baik banyak berjalan.

Tindakan Invasif
 

Bila obat sudah tak mempan atau terjadi perdarahan dan prolaps, tindakan invasif menjadi pilihan terakhir. Prinsip dari tindakan invasif ada 2 yaitu fiksasi dan eksisi. Fiksasi dilakukan pada derajat I dan II. Dan selebihnya eksisi.
 
Fiksasi
Meliputi skleroterapi, rubber band ligation, cryosurgery, infrared thermocoagulation, photocoagulation, dan Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. 
Skleroterapi. Dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode ini menggunakan zat sklerosan yang disuntikan para vasal. Setelah itu, sklerosan merangsang pembentukan jaringan parut sehingga sehingga menghambat aliran darah ke vena-vena hemoroidalis. Akibatnya, perdarahan berhenti. Sklerosan yang dipakai adalah 5% phenol in almond oil dan 1% polidocanol. Metode ini mudah dilaksanakan, aman dan memberikan hasil baik.
Rubber band ligation. Kerja dari metode ini adalah akan mengabliterasi lokal vena hemoroidalis sampai terjadi ulserasi (7-10 hari) yang diikuti terjadinya jaringan parut (3-4 minggu). Prosedur ini dilakukan pada hemoroid derajat 1-3.
Infrared thermocoagulation. Prinsipnya adalah mendenaturasi protein melalui efek panas dari infrared, yang selanjutnya mengakibatkan jaringan terkoagulasi. Untuk mencegah efek samping dari infrared berupa kerusakan jaringan sekitar yang sehat, maka jangka waktu paparan dan kedalamannya perlu diukur akurat. Metode ini diperuntukkan pada derajat 1-2.
Laser haemorrhoidectomy. Metode ini mirip dengan infrared. Hanya saja mempunyai kelebihan dalam kemampuan memotong. Namun, biayanya mahal.
Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Metode ini menjadi pilihan utama saat terjadi perdarahan karena dapat mengetahui secara tepat lokasi arteri hemoroidalis yang hendak dijahit. 
Cryotherapy. Metode ini kurang direkomendasikan karena seringkali kurang akurat dalam menentukan area freezing. 
 
Eksisi
Terdapat beberapa teknik yaitu St. Marks Milligan – Morgan technique, submucosal haemorrhoidectomy (Parks method), dan yang terbaru adalah circular stapler anopexy (teknik Longo). 
Teknik circular stapler anopexy atau dikenal dengan procedure for prolapse and haemorrhoids (PPH) baru dikembangkan sekitar tahun 1993. Teknik ini bekerja dengan mendorong jaringan hemoroid yang merosot ke arah atas dan dijahitkan ke selaput lendir dinding anus. Kemudian sebuah gelang dari bahan titanium diselipkan di jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut.
PPH memiliki beberapa keuntungan dibandingkan operasi konvensional diantaranya nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan cepat karena hanya menghabiskan 12-45 menit, dan pasien dapat pulih lebih cepat paska operasi. Namun risiko perdarahan, trombosis, serta penyempitan saluran anus masih dapat terjadi.
Kontraindikasi PPH adalah fistula anus, bengkak, gangren, penyempitan anus, prolaps jaringan hemoroid yang tebal, serta pada pasien dengan gangguan koagulasi (pembekuan darah).
Komplikasi yang dapat timbul paska tindakan invasif adalah perdarahan sekunder, selulitis, abses, fistula, fissura, dan inkontinensia.
  Hemoroid bukan penyakit yang tak mungkin dicegah. Diet tinggi serat seperti banyak sayur dan buah akan membuat feses lembek sehingga tidak perlu mengedan saat buang hajat. 
Di Negeri Paman Sam, angka kejadian hemoroid berkisar 4%. Celakanya, 80% diantaranya adalah pekerja kantoran! Indonesia sendiri belum mempunyai data pasti. Namun, bukan tidak mungkin sebagian besar para pekerja kantoran di negara kita juga mempunyai benjolan ini di anusnya.

Sedangkan terapi yang kompleks dapat dilakukan skleroterapi, ligasi dengan ikatan Barron, bedah krio / beku, dan hemorrhoidektomi.

SKLEROTERAPI
Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam jaringan areolar yang longgar di bwah hemorrhoid intern dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan diatas di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan di tempat yang tepat maka tidak akan terasa nyeri.
Penyulit penyuntikan merupakan infeksi, prostatitis akut jika masuk kedalam prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikkan.
LIGASI dengan gelang karet / IKATAN BARRON









ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Data Subyektif
• Riwayat Penyakit Sekarang
 perih saat buang air besar
 feses yang keluar keras
 saat BAB terdapat darah setelah feses keluar
 rasa panas disekitar rektum
• Riwayat Penyakit Terdahulu
 Kaji penyakit yang dapat menyebabkan hemoroid seperti (Sembelit, genetic predisposisi, infeksi anal, pembedahan rektal atau episiotomi, hipertensi portal (sirosis), gatal – gatal disekitar rektum.)

Data Objektif
o Bengkak (bendungan) di dalam atau diluar rectum
o Nyeri
o Gatal daerah rectum
o Gangguan mukosa rectum
o Perdarahan pada saat b.a.b berwarna merah segar 


Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat
o Mengkaji nyeri, gatal, atau kemungkinan perdarahan.
o Pertanyaan kebiasaan buang air besar ; konstipasi, mengejan saat defekasi.

Pemeriksaan fisik
o Inspeksi untuk haemorrhoid eksternal ada prolaps atau internal haemorrhoid.
o Pemeriksaan rectal toucer ( colok dubur )
o Proctosigmoidoscopy –> untuk menentukan lokasi dan keadaan dari haemorrhoid.
 

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Eksternal dengan anoskop atao proktoskop menunjukkan hemoroid atau hemoroid-hemoroid
2. Barium enema atau sigmoidoskopi untuk menangani lesi kolonik yang lebih serius yang menyebabkan pendarahan rektal, seperti polip.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan kenyamanan yang b/d nyeri saat defekasi. 
2. Resiko terhadap konstipasi yang b/d ketakutan nyeri saat defekasi. 
3. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapiutik yang b/d ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi defekasi rutin, instruksi rutin, program latihan dan perawatan perianal.

INTERVENSI
Intervensi pharmakologis
o Menggunakan obat pelembut tinja untuk memudahkan b.a.b.
o Laksative bila terjadi konstipasi
oGunakan obat luar (oles), cream dan suppositoria untuk mengurangi nyeri sedang maupun berat atau gatal.

Prosedur khusus medikal-surgikal
o Hemorrhoidectomy : pembedahan pada hemorrhoids.
Sclerosing pada hemorrhoid : injeksi pada jaringan sub mukosa. 
 
INTERVENSI GENERIK 
1. Ajarkan pentingnya diet seimbang. 
 a.Tinjau ulang daftar makanan tinggi bulk : 
• Buah segar dengan kulitnya 
• Sekam 
• Kacang dan biji-bijian 
• Roti gandum dan sereal 
• Buah dan sayuran yang dimasak 
• Jus buah 
b.Cakupkan kira-kira 800gr buah dan sayuran (kira-kira 4 potong buah segar dan salad besar) untuk defekasi normal harian. 
c.Secara bertahap tingkatkan jumlah sekam sesuai toleransi (dapat menambahkan sereal,makanan yang dibakar dll).Jelaskan kebutuhan terhadap masukan cairan dengan sekam. 
  2. Dorong masukan harian sedikitnya 2 liter cairan (8 sampai 10 gelas) kecuali dikontraindikasikan.Batasi kopi dua sampai tiga cangkir per hari. 
  3. Anjurkan satu gelasa air hangat yang diminum 30 menit sebelum sarapan;cairan ini dapat bertindak sebagai stimulus untuk evakuasi usus. 
  4. Tetapkan waktu reguler untuk eliminasi.Gunakan kursi commode atau toilet sebagai ganti bedpan,bila mungkin. 
  5. Bantu individu untuk posisi semi jongkok normal untuk memungkinkan penggunaan optimal otot abdomen dan efek grafitasi kuat. 
  6. Ajarkan bagaimana memasase abdomen bawah dengan perlahan saat di toilet. 
  7. Ajarkan pentingnya berespons pada dorongan untuk defekasi. 
  8. Bila impaksi fekal terjadi, isikan minyak mineral hangat dan tahap minyak ini selama 20 sampai 30 menit.Dengan menggunakan sarung tangan yang dilumasi, potong feses yang keras dan keluarkan.Pantau terhadap stimulasi vagal (pusing,nadi lambat) 
  9. Jelaskan bahaya enema dan penggunaan laksatif yang tidak menghasilkan bulk (rujuk pada konstipasi yang dirasakan). 
 10. Jelaskan bagaimana menggunakan laksatif penghasil bulk (misal psilium hidrofilik musiloid [Metamucl,Effersylium Citrucel,Fibercone]. 
 11. Tekankan kebutuhan terhadap latihan reguler. 
 a.Anjurkan berjalan. 
 b.Bila berjalan dilarang : 
• Ajarkan klien untuk berbaring ditempat tidur atau duduk serta menekuk satu lutut ke dada (10-20 kali setiap lutut) tiga sampai empat kali sehari. 
• Ajarkan klien untuk duduk di kursi atau berbaring di tempat tidur dan memiringkan tubuh dari satu sisi ke sisi lain (10-20 kali) 6 sampai 10 kali sehari. 
12. Kurangi nyeri rektal,bila mungkin, dengan mengintruksikan individu dalam tindakan yang tepat : 
a. Dengan perlahan lumasi anus untuk mengurangi nyeri pada saat defekasi. 
b. Berikan kompres dingin pada area untuk mengurangi rasa gatal. 
c. Lakukan rendam duduk atau sabunan di dalam tub air hangat (43-46 C) selama interval 15 menit bila menusuk. 
d. Gunakan pelunak feses atau minyak mineral sebagai tambahan pada pendekatan lain. 
e. Konsul dengan dokter yang menekankan penggunaan agens anestetik lokal dan antiseptik. 
 13. Lindungi kulit dari kontaminasi : 
a. Evaluasi area kulit sekitar. 
b. Bersihkan dengan tepat dengan agens yang tidak mengiritasi (misalnya gunakan gerakan lembut; gunakan tisu lembut setelah defekasi). 
c. Anjurkan rendam duduk setelah defekasi. 
d. Dengan perlahan berikan emolin pelindung atau pelumas. 
14. Lakukan penyuluhan kesehatan bila diindikasikan : 
a. Ajarkan metode untuk mencegah tekanan rektal, yang memperberat hemoroid. 
b. Hindari duduk lama dan mengejan saat defekasi. 
c. Lunakkan feses (misalnya diet rendah makanan kasar, masukkan cairan banyak). 

Intervensi Bedah 
1. Injeksi larutan sklerosa untuk menghasilkan jaringan parut dan mengurangi prolaps.
2. Cryodesrtuction (pembekuan) hemorroid. 
3. Pembedahan dapat dilakukan pada kedaan pendarahan yang berkepanjangan, nyeri hebat, gatal yang tidak dapat ditoleransi, dan ketidaknyamanan umum yang tidak dapat dikurangi. 
a) Ligasi barron dengan pita karet adalah pengobatan pilihan.Hemorroid internal dilingkari di bagian dasarnya.Setelah beberapa lama, hemoroid tersebut akan mengelupas. 
b) Dilatasi kanal anal dan bagian bawah rektum dapat dilakukan di bawah anastesi umum.Prosedur ini tidak di anjurkan untuk pasien yang keluhan utamanya adalah prolaps atau inkontenensia.Prosedur ini tidak dianjurkan juga untuk pasien lansia dengan sfingter yang lemah. 
c) Hemoroid yang mengalami trombosis akut dapat di insisi untuk membuang bekuannya. 
d) Hemoroidektomi dapat digunakan untuk mengangkat hemoroid internal dan eksternal. 
 
Intervensi keperawatan 
Perawatan Penunjang  
1. Setelah trombosis atau pembedahan, bantu pasien dengan perubahan posisi yang sering menggunakan bantal penunjang demi kenyamanan. 
2. Berikan analgesik, mandi duduk yang hangat, atau kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan inflamasi. 
3. Pasang balutan witch-hazel pada area perianal atau krim anal atau supositoria, jika diinstruksikan,untuk mengurangi rasa tidak nyaman. 
4. Amati area anal pasca bedah akan adanya drainase dan pendarahan; laporkan jika berlebihan. 
5. Berikan pelunak feses atau laksatif untuk membantu gerakan usus segera setelah pembedahan, untuk mengurangi resiko striktur.






PENDIDIKAN PASIEN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Ajari tentang higiene anal dan tindakan untuk mengendalikan kelembaban untuk mencegah rasa gatal.
2. Anjurkan untuk latihan teratur, diet tinggi serat, dan asupan cairan yang adekuat (8-10 gelas perhari) untuk mencegah mengejan dan konstipasi, yang dapat menimbulkan pembentukan hemoroid. Misalnya : Makan sayur dan buah yang cukup banyak. Kurangi konsumsi cabe dan makanan pedas.
3. Ajurkan untuk tidak mengunakan laksatif secara teratur; feses yang lunak dan padat akan mendilatasi kanal anal dan menurunkan pembentukan struktur setelah pembedahan.
4. Beri tahu pasien untuk menhadapi rabas yang berbau busuk selama 7 sampai 10 hari setelah cryodestruction.
5. Tentukan kebiasaan defekasi normal pasien dan identifikasi faktor-faktor predisposisi untuk mengajari pasien tentangmencegah kekambuhan gejala.
6. Ajari pasien untuk tidur dan istirahat secara cukup
7. Ajari pasien senam dan olahraga secara teratur.






 








BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemoroid adalah pelebaran vena pada anus. Dapat diklasifikasikan menjadi dua hemoroid, hemoroid interna dan hemoroid eksterna.Prevalensi pada wanita hamil, kehamilan menyebabkan otot-otot pinggul menjadi semakin tidak elastis, wanita melahirkan, saat proses persalinan normal/ spontan yang selalu dibarengi dengan mengedan, semua pria yang umumnya berusia diatas 40 tahun, semua orang yang menderita obesitasi. Penyebab terlalu banyak mengejan saat buang air besar, kebiasaan berjongkok atau duduk terlalu lama, mengangkat beban terlalu berat misalnya: pembesaran prostat jinak ataupun kenker prostat, penyempitan saluran kemih, dan sering melahirkan anak, wanita hamil yang mengedan saat melahirkan, diare kronik, usia lanjut, hubungan seks peranal, hereditas, sembelit, genetic predisposisi, infeksi anal, pembedahan rektal atau episiotomi, alkoholisme, hipertensi portal (sirosis), batuk, bersin, muntah. Patofisiologi dari hemoroid disebabkan karena tekanan abdominal yang meningkat sehingga mengakibatkan ruktur didaerah sekitar anus. Apabila keadaan ini terus berlanjut maka akan mengalami kesulitan dalam mengeluarkan feses. 













KRITIK














SARAN















DAFTAR PUSTAKA

Daldiyono.1989.Dasar Gastroentologi Hepatologi.FKUI:Jakarta.
G.W, Tambunan.1994.Patologi Gastroentogi.EGC:Jakarta
Capernito,Lynda Juall.2000.Diagnosa Keperawatan.EGC:Jakarta
Nettina, Sandra M.2001.Pedoman Praktik Keperawatan
www.pubmed,diakes (tanggal 28 November 20006,13.15WIB)
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=278
http://.wartamedika.com/2008/02/pengobatan-ambien.html.
http://bedah umum worddpress.com/2008/10/08/hemeroidendoktomi/

Askep Epiepsi

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Epilepsi dikenal sebagai salah satu penyakit tertua di dunia (2000 tahun SM) dan menempati urutan kedua dari penyakit saraf setelah gangguan peredaran darah otak. Dengan tatalaksana yang baik sebagian besar penderita dapat terbebaskan dari penyakitnya, namun untuk ini ditemukan banyak kendala, di Indonesia diantaranya kekurangan dokter spesialis saraf, keterampilan dokter umum dan paramedis dalam menanggulangi penyakit ini.
Selama beberapa abad gejala ini dinamakan penyakit jatuh ( morbus caducus, the falling sickness), karena penderitanya mendadak jatuh. Orang yunani kuno menamakannya epilepsi, yang berarti disurupi, dimasuki, dikuasai oleh roh halus atau kekuatan gaib. 
Walaupun penyakit ini telah dikenal lama dalam masyarakat, terbukti dengan adanya istilah-istilah bahasa daerah untuk penyakit ini seperti sawan, ayan, sekalor, dan celengan, tetapi pengertian akan penyakit ini kurang bahkan salah sehingga penderita digolongkan dalam penyakit gila, kutukan dan turunan sehingga penderita tidak diobati atau bahkan disembunyikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud penyakit epilepsi ?
2. Apa saja yang menjadi tanda – tanda dari penyakit epilepsi?
3. Apa saja yang menjadi penyebab penyakit epilepsi?
4. Bagaimana pengobatan dari penyakit epilepsi?
5. Bagaimana cara memberi asuhan keperawatan terhadap penderita epilepsi?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui konsep teori, masalah keperawatan dan asuhan keperawatan pasien dengan Epilepsi
2. Mengetahui pengertian Epilepsi
3. Mengetahui etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan pasien dengan Epilepsi
4. Mengetahui masalah keperawatan dan asuhan keperawatan pasien dengan Epilepsi.



























BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Epilepsi berasal dari bahasa Yunani (Epilepsia) yang berarti 'serangan'. Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Penyakit ini merupakan gangguan mendadak dan sesaat pada sistem syaraf otak, terjadi akibat aktivitas listrik berlebihan dari kelompok sel neuron di otak. Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang rendah, pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri, kecenderungan tidak menikah bagi penyandangnya). Sebagian besar kasus 
epilepsi dimulai pada masa anak-anak. 
Epilepsi tidak menular, bukan merupakan penyakit keturunan, dan tidak identik dengan orang yang mengalami ketebelakangan mental. Bahkan, banyak penderita epilepsi yang menderita epilepsi tanpa diketahui penyebabnya. 

a. Epilepsi dibagi atas 2 golongan :
1. Epilepsi primer atau idiopatik
• Biasanya penyebab tidak diketahui
• Mulai terjadi pada usia lebih dari 3 bulan
2. Epilepsi sekunder atau simtomatik
• Biasanya sebagai akibat atau gejala penyakit lain
Misalnya infeksi pada otak, trauma kelahiran, cacat kongenital, tumor otak, perdarahan otak, gangguan peredaran darah, hipoksia, kelainan degeneratif, susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme, gangguan elektrolit, dan keracunan obat atau alkohol.
• Dapat dimulai dari neonatus hingga usia lanjut



b. Klasifikasi Epilepsi :
a. Absence Epilepsy
• Disebut juga petit mal epilepsy atau epilepsi lena ( typical absence )
• Awitan biasanya dimulai pada usia awal sekolah, sekitar 5-7 tahun dengan kasus lebih sering ditemukan pada anak perempuan. Anak dengan sindrom jenis ini memiliki tingkat intelegensi (IQ) normal.
• Termasuk jenis epilepsi idiopatik, artinya ada riwayat keluarga
• Merupakan gangguan kesadaran secara mendadak. Penyandang diam tanpa reaksi (bengong) seperti melamun, kemudian setelah beberapa detik kembali melanjutkan kegiatannya kembali seperti semula.
• Kejang pada sindrom ini dapat diprovokasi oleh hiperventilasi
• Dari pemeriksaan EEG tampak gambaran yang sangat khas, 3 Hz atau 3 siklus per detik

b. Epilepsi dengan generalized tonic-clonic seizure
• Memiliki rentang onset yang panjang, mulai usia 5 hingga 25 tahun
• Tipe kejangnya adalah general tonik klonik seizure. Kejang ini biasanya sangat menakutkan untuk orangtua. Biasanya setelah kejang anak tertidur lemas. Namun meskipun menakutkan, sindrom ini cukup baik terhadap pengobatan

c. Juvenile Myoclonic epilepsy
• Termasuk epilepsi idiopatik
• Onset mulai 12-16 tahun
• Gejala khasnya adalah gerakan mioklonik seperti terkejut pada saat bangun tidur yang diikuti kejang general tonik klonik. Mioklonok ini dipicu oleh kelelahan, gangguan tidur atau pengaruh alkohol
• Kondisi epilepsi jenis ini merupakan kondisi seumur hidup. Artinya, kejang kembali datang dalam hitungan minggu atau bulan bila pengobatan dihentikan

d. Lennox-Gastaut Syndrome
• Termasuk dalam bentuk epilepsi general yang simtomatik
• Puncak onset terjadi di usia 3-5 tahun
• Biasanya penderita memiliki IQ rendah dan ada kemunduran mental
• Prognosis sindrom ini juga sangat buruk, lebih dari 80% tidak bisa disembuhkan
• Hasil EEG secara umum lambat (< 2 Hz)

e. West syndrome
• Disebut juga infantile spasms
• West Syndrom dapat dibedakan menjadi dua jenis :
1. Simptomatik disebabkan karena ada kelainan neurologis sebelumnya
2. Cryptogenik yang tidak diketahui penyebabnya
• Jenis spasmenya adalah berkelompok (kluster) dan dalam satu kluster bisa mencapai 125 spasme. Biasanya gejala timbul setelah bangun tidur. Pada saat terjadi spasme biasanya anak menangis dan spasme ini bisa terus berlangsung. Gambaran EEG sangat tidak beraturan

c. Aspek Psikososial Pada Epilepsi :
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan adanya masalah psikososial :
1. Prasangka dan ketidaktahuan masyarakat tentang epilepsi :
Sebagian besar masyarakat masih menganggap epilepsi suatu penyakit yang membahayakan, dapat menular, akibat kemasukan setan, sakit jiwa, sehingga penderita dikucilkan.
2. Pendidikan :
Sebagian besar penderita epilepsi dapat bersekolah di sekolah luar biasa dan hanya sedikit yang perlu sekolah di sekolah luar biasa. Perasaan takut dari guru sekolah bila anak mengalami serangan di sekolah akan mengganggu kelas sehingga anak dengan epilepsi diliburkan.
3. Pekerjaan :
Misalnya banyak majikan yang tidak ingin menerima penderita epilepsi dengan alasan keselamatan kerja dari penderita, dapat menggangu suasana kerja bila penderita mendapat serangan di tempat kerja. Hal ini menyebabkan penderita merahasiakan penyakitnya sehingga penderita epilepsi akan selalu dalam keadaan tegang.


4. Olah raga :
Melarang penderita melakukan kegiatan olah raga menyebabkan penderita yang gemar berolahraga merasa rendah diri, frustasi, dan dapat menyebabkan pencetus bangkitan.
5. Wanita dan Epilepsi :
 Penderita epilepsi diperkenankan hamil, namun ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Serangan kejang selama kehamilan harus dapat diatasi, karena kejang merupakan trauma bagi janinnya.
6. Mengendarai kendaraan bermotor :
Dapat membahayakan dirinya maupun orang lain.
7. Ketergantungan :
Perasaan ketergantungan terhadap obat anti epilepsi dan pada orang-orang sekitarnya bila mendapat serangan dapat menimbulkan konflik dan perasaan ”kurang” dalam dirinya sehingga dapat menghambat integritas penderita dalam masyarakat.

2. Gejala
a. Kejang parsial simplek 
Dimulai dengan muatan listrik di bagian otak tertentu dan muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut. Penderita mengalami sensasi, gerakan atau kelainan psikis yang abnormal, tergantung kepada daerah otak yang terkena. Jika terjadi di bagian otak yang mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka lengan kanan akan bergoyang dan mengalami sentakan; jika terjadi pada lobus temporalis anterior sebelah dalam, maka penderita akan mencium bau yang sangat menyenangkan atau sangat tidak menyenangkan. Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami dejavu (merasa pernah mengalami keadaan sekarang di masa yang lalu). 
b. Kejang Jacksonian 
Gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu (misalnya tangan atau kaki) dan kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan dengan penyebaran aktivitas listrik di otak. 
c. Kejang parsial (psikomotor) kompleks 
Dimulai dengan hilangnya kontak penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit. Penderita menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh dan tanpa tujuan, mengeluarkan suara-suara yang tidak berarti, tidak mampu memahami apa yang orang lain katakan dan menolak bantuan. 
Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan penyembuhan total. 
d. Kejang konvulsif 
(kejang tonik-klonik, grand mal) biasanya dimulai dengan kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan listrik ini segera menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan seluruh daerah mengalami kelainan fungsi. 
e. Epilepsi primer generalisata 
Ditandai dengan muatan listrik abnormal di daerah otak yang luas, yang sejak awal menyebabkan penyebaran kelainan fungsi. Pada kedua jenis epilepsi ini terjadi kejang sebagai reaksi tubuh terhadap muatan yang abnormal. Pada kejang konvulsif, terjadi penurunan kesadaran sementara, kejang otot yang hebat dan sentakan-sentakan di seluruh tubuh, kepala berpaling ke satu sisi, gigi dikatupkan kuat-kuat dan hilangnya pengendalian kandung kemih. Sesudahnya penderita bisa mengalami sakit kepala, linglung sementara dan merasa sangat lelah. Biasanya penderita tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama kejang.
f. Kejang petit mal 
Dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum usia 5 tahun. Tidak terjadi kejang dan gejala dramatis lainnya dari grand mal. Penderita hanya menatap, kelopak matanya bergetar atau otot wajahnya berkedut-kedut selama 10-30 detik. Penderita tidak memberikan respon terhadap sekitarnya tetapi tidak terjatuh, pingsan maupun menyentak-nyentak. 
g. Status epileptikus 
Merupakan kejang yang paling serius, dimana kejang terjadi terus menerus, tidak berhenti. Kontraksi otot sangat kuat, tidak mampu bernafas sebagaimana mestinya dan muatan listrik di dalam otaknya menyebar luas.Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kerusakan jantung dan otak yang menetap dan penderita bisa meninggal.
Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena :

Sisi otak yang terkena Gejala
Lobus frontalis Kedutan pada otot tertentu
Lobus oksipitalis Halusinasi kilauan cahaya
Lobus parietalis Mati rasa atau kesemutan di bagian tubuh tertentu
Lobus temporalis Halusinasi gambaran dan perilaku repetitif yang kompleks 
misalnya berjalan berputar-putar
Lobus temporalis anterior Gerakan mengunyah, gerakan bibir mencium
Lobus temporalis anterior sebelah dalam Halusinasi bau, baik yg menyenangkan maupun yg tidak menyenangkan

3. Etiologi
a. Etiologi epilepsi dapat dibagi atas 2 kelompok :
1. Epilepsi idiopatik yang penyebabnya tidak diketahui meliputi ± 50 % dari penderita epilepsi anak, awitan biasanya pada usia lebih dari 3 tahun. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan ditemukannya alat-alat diagnostik yang canggih kelompok ini makin kecil.
2. Epilepsi simtomatik yang penyebabnya sangat bervariasi, bergantung pada usia awitan.
b. Penyebab epilepsi pada berbagai kelompok usia :
a. Kelompok Usia 0 – 6 bulan :
1.Kelainan intra-uterin, dapat disebabkan oleh gangguan migrasi dan deferensiasi sel neuron; hal demikian ini dapat pula dipengaruhi oleh adanya infeksi intra-uterin.
2.Kelainan selama persalinan berhubungan dengan afiksia dan perdarahan intrakranial, biasanya disebabkan oleh kelainan maternal misalnya hipotensi, eklamsia, disproporsi sefalopelvik, kelainan plasenta, tali pusat menumbung atau belitan leher.
3. Kelainan kongenital, dapat disebabkan oleh kromosom ab-normal, radiasi, obat-obat teratogenik, infeksi intrapartum oleh toksoplasma, sitomegalovirus, rubela dan treponema.
4. Gangguan metabolik: misalnya hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia, dan defisiensi piridoksin. Hipokalsemia dapat disebabkan oleh asfiksia diabetes, prematuritas dan biasanya bersamaan dengan hipomagnesemia. Hiponatremia dapat ditemukan pada asfiksia; hipernatremia pada terapi asidosis. Defisiensi piridoksin pada kelainan genetik atau penyakit metabolisme yang disertai peningkatan piridoksin.
5. Infeksi susunan syaraf misalnya meningitis, ensefalitis, atau timbul kemudian sebagai akibat dari pembentukan jaringan parut dan hidrosefalus pasca infeksi.

b. Kelompok Usia 6 bulan – 3 tahun :
Selain penyebab yang sama dengan kelompok di atas, pada usia ini dapat juga disebabkan oleh kejang demam yang biasanya dimulai pada usia 6 bulan, terutama pada golongan kejang demam komplikasi. 
Cedera kepala merupakan faktor penyebab lainnya, dan walaupun kejadiannya lebih ringan kemungkinan terjadi epilepsi lebih tinggi daripada dewasa. Gangguan metabolisme sama dengan kelompok usia sebelumnya. Keracunan timah hitam dan logam berat lainnya misalnya thalium, arsen dan air raksa, dapat menimbulkan epilepsi.

c. Kelompok Anak-anak Sampai Remaja :
Dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, dan abses otak yang frekuensinya sampai 32 %, yang meningkat setelah tindakan operasi.

d. Kelompok Usia muda :
Cedera kepala merupakan penyebab yang tersering, disusul oleh tumor otak dan infeksi.

e. Kelompok Usia Lanjut :
Gangguan pembuluh darah otak merupakan penyebab tersering, pada usia di atas 50 tahun mencapai 50 %, diikuti oleh trauma, tumor, dan degenerasi serebral.

c. Penyebab Serangan Epilepsi :
 Pada seorang penderita epilepsi serangan biasanya timbul secara spontan. Namun, kadang-kadang serangan dapat dicetuskan oleh keadaan tertentu. Berikut ini beberapa faktor yang dapat mencetuskan serangan epilepsi :
a. Gangguan Emosional
 Keadaan frustasi, tegang, cemas, takut, eksitasi yang hebat, dapat mencetuskan serangan epilepsi. Gangguan emosional dapat meningkatkan frekuensi semua jenis epilepsi.

b. Tidur
 Tidur merupakan faktor pencetus pada banyak penderita epilepsi. Pada penderita yang serangannya dicetuskan oleh tidur. Hal ini lebih sering terjadi ketika ia baru tertidur, sewaktu ia mulai tertidur atau sewaktu ia akan terbangun.
 Pada penderita yang serangannya terjadi hanya sewaktu ia tidur lebih baik nasibnya dibanding penderita lainnya., sebab serangan-serangannya tidak akan dilihat oleh orang-orang atau teman-temannya dan disamping itu cedera yang terjadi akibat jatuh tidak dialaminya. Pada penderita ini dianjurkan agar ia jarang tertidur sewaktu ia bertugas, mengikuti rapat, ceramah. Sebab hal ini dapat mencetuskan serangan.

c. Haid
 Serangan epilepsi dapat meningkat pada tiap saat dari siklus haid. Namun tercetusnya serangan lebih sering terjadi beberapa hari sebelum mulainya haid. Hal tersebut belum dapat dijelaskan dengan baik, akan tetapi menurut penelitian lain menduga bahwa perubahan keseimbangan hormon semasa haid ikut berperan dalam mencetuskan serangan.
 Banyak penderita wanita yang pertama kali mendapat serangan epilepsi sewaktu ia berusia 11 – 13 tahun, waktu ia pertama kali mendapatkan haid. Ada penderita wanita yang mendapat serangan sehubungan waktu haid, dan tidak pernah terjadi serangan diluar waktu tersebut.

d. Demam
 Pengaruh demam pada penderita epilepsi berbeda-beda. Ada penderita yang serangannya meningkat pada waktu demam, ada penderita yang serangannya makin berkurang, dan ada pula penderita yang serangan epilepsinya tidak dipengaruhi oleh keadaan demam.

e. Hiperventilasi dan Stimulasi Cahaya 
 Hiperventilasi (bernafas dalam-dalam dan cepat) pada pemeriksaan elektroensefalografi.Dengan tindakan ini akan timbul kelainan bila menderita epilepsi jenis petit mal atau jenis umum. Hipeventilasi dapat mencetuskan serangan petit mal.
 Cahaya yang berkedip-kedip dapat mencetuskan serangan epilepsi pada penderita tertentu. Penderita demikian dapat mengalami serangan apabila ia menyetel televisi yang memberikan sinar kedip-kedip. Penderita ini dianjurkan untuk tidak menyetel televisi dan apabila menonton televisi hendaknya cukup terang agar kontras cahaya tidak terlalu kuat.
   



4. Pengobatan
Tujuan pengobatan : menyembuhkan atau bila tidak mampu menyembuhkan, paling tidak membatasi gejala-gejala dan mengurangi efek samping pengobatan
Meskipun tidak dapat disembuhkan secara total, epilepsi dapat dikontrol sehingga serangan dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Penyandang epilepsi dianjurkan untuk secepatnya menghubungi dokter dan mengikuti nasehat serta secara disiplin mengkonsumsi obat yang diberikan. Dokter harus mempertimbangkan beberapa faktor pada setiap penderita, jenis serangan, umur, jenis kelamin, kondisi tubuh, berat badan dan respons masing-masing orang terhadap pengobatan yang diberikan.
Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat antikonvulsan atau antiepileptic untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Operasi, diet (terutama pada anak), atau stimulasi elektris pada saraf vagus (saraf utama yang menuju ke otak),dapat menjadi pilihan jika pengobatan dengan obat-obat antiepliptic dan antikonvulsi gagal untuk mengontrol kejang. Tujuan utama dari pengobatan ini adalah menghentikan kejang tanpa menimbulkan efek samping dari obat yang dikonsumsi. Penggunaan obat dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum obat (compliance) serta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi,mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, migrain, gangguan vestibular(keseimbangan) dan lain-lain.
Oleh karena itu penting bagi penderita epilepsi agar meminum obat dalam jumlah dan pada waktu yang telah ditentukan oleh dokter. Bila sesuai dengan petunjuk, maka pengobatan tersebut akan benar-benar menghilangkan serangan selama berbulan-bulan. Hal ini bukan berarti epilepsi telah disembuhkan. Penderita tidak boleh berhenti meminum obat atau mengurangi jumlahnya tanpa anjuran dokter.

 Obat yang paling sering digunakan oleh penderita epilepsi :

No Jenis Obat Jenis Epilepsi Dosis Efek samping
1. Fenobarbitol (Luminal) Grandmal, psikomotor, fokal motor - Orang dewasa dan anak yang besar 2-5 mg/kg berat badan/hari 1 x sehari
- Anak kecil 3-6 mg/kg berat badan/hari - Rasa mengantuk

2. Difenilhidantoin (Phenytoin, Dilantin) Grandmal, psikomotor, fokal motor - Orang dewasa 4-10 mg/kg berat badan 1/2 x sehari
- Anak-anak 3 dosis sehari - Mengantuk
- Nistagmus
- Ataksia
- Kurang nafsu makan pada anak-anak
- Hipertrikhosis
- Gusi bertambah tebal
3. Karbamazepin (Tegretol, Temparol) Psikomotor, grandmal, fokal motor - Dewasa 400-1600 mg/hari
- Anak 10-30 mg/kg berat badan 2-4 x pemberian
 - Lelah
- Nistagmus
- Rasa puyeng (vertigo)
- Gangguan koordinasi motorik (ataksia)
- Bicara pelo
- Diplopia (melihat kembar)
- Berkurangnya sel-sel darah putih dan trombosit
- Gangguan fungsi hati
4. Diazepam ( Valium, Stesolid ) Serangan epilepsi yang timbul secara beruntun (status epilepsi) - 5 mg/rektum bayi 
5. Klonazepam (Rivotril) Petit mal, spasmus infantil, mioklonik - Dewasa 1,5 mg sehari dibagi 3 x pemberian
 - Mengantuk
- Lemah
- Ataksia
6. Valproat ( Epilim, Depakin, Leptilan ) Lena - Dewasa 20 mg/kg BB/hari atau 900-180 mg/hari - Mual
- Mengantuk
- Tremor
- Ataksia
- Rambut rontok

Selain menggunakan obat diatas, terdapat obat epilepsi lainnya, diantaranya :
No Jenis Obat Dosis Efek Samping
1. Lamotrigin (Lamictal) Berkisar dari 25 – 200 mg sehari dan dapat diberi 1 atau 2 kali - Diplopia ( melihat kembar )
- Apatis ( perhatian kurang )
- Nyeri kepala
2. Vigabatrin (Sabril ) - Dapat diberi 1 atau 2 x sehari dan dimulai dengan dosis yang rendah
- Pada usia lanjut, yang fungsi ginjalnya mungkin berkurang, digunakan dosis yang lebih kecil untuk menghindari efek samping - Bila menggunakan dosis tinggi dapat menimbulkan capai
- Berat badan meningkat sedikit
- Bila diberikan bersamaan dengan fenitoin,maka konsentrasi fenitoin didalam darah akan menurun
- Pada epilepsi yang disebabkan karena cedera otak,terjadi peningkatan kecemasan dan kegelisahan
- Depresi 
3. Gabapentin (Neurontin) 3 x sehari - Rasa mengantuk
- Jalan tidak stabil
- Rasa lemah
- Puyeng
- Rasa enek / muntah
 
4. Okskarbazepin (Trileptal) 2-3 x sehari 
















ASUHAN KEPERAWATAN

1.Analisa Data

No Data Masalah Penyebab
1. DS :
- Klien mengeluh badannya lemas

DO :
- Klien malas bergerak
- Klien terlihat letih dan lemas
- KU lemah, mandi dibantu keluarga Lemas Intoleransi aktifitas
2. DS :
- Klien mengatakan sulit tidur dan merasa cemas

DO :
- Klien tidur 4-5 jam per hari
- Mata sembab, tampak lemah Cemas Gangguan istirahat tidur
3. DS :
- Klien mengeluh mual, muntah

DO : 
- Kerusakan jaringan lunak / gigi
- Sensitivitas terhadap makanan Sensitivitas alat pencernaan Cedera selama kejang
4. DS :
- Klien mengeluh sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode posiktal
- Nyeri abnormal paroksismal selama fase iktal
DO :
- Perubahan pada tonus otot
- Tingkah laku distraksi / gelisah
- Sikap / tingkah laku yang berhati-hati Kenyamanan Fase trauma saat kejang
5. DS :
- Klien mengeluh pernah terjatuh dan fraktur
- Klien mengeluh mempunyai alergi
DO :
- Mengalami trauma pada jaringan lunak
- Penurunan tonus otot secara menyeluruh Keamanan Penurunan kesadaran saat aktifitas kejang
6. DS :
- Klien mengatakan malu jika penyakitnya diketahui oleh orang lain
- Klien mengalami pembatasan terhadap kontak sosial
DO :
- Terlihat malu / menarik diri
- Pendiam
- Tertutup Interaksi sosial Gangguan konsep diri

2. Perencanaan

No Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Rasional
1. Intoleransi aktifitas sehubungan dengan keletihan yang ditandai klien terlihat letih dan lemah serta malas bergerak • Tingkatkan tirah baring pasien
• Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap • Meningkatkan istirahat dan keterangan serta menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan
• Memotivasi klien untuk dapat memenuhi kebutuhan ADL
2. Gangguan istirahat tidur karena masalah cemas ditandai dengan wajah pucat, mata sembab dan tampak lemas • Tingkatkan waktu istirahat klien
• Anjurkan klien mendengar musik agar dapat merasa tenang dan nyaman • Meningkatkan waktu untuk istirahat dan menciptakan suasana senyaman mungkin

3. Cedera selama kejang berhubungan dengan sensitifitas alat pencernaan ditandai dengan klien mual, muntah, kerusakan jaringan lunak/gigi dan sensitivitas makanan • Ikat kedua tangan klien dengan tali agar tidak jatuh
• Berikan pasien benda logam dimulutnya.atau anjurkan pasien menggigit benda logam saat kejang • Mengurangi resiko cedera pada saat kejang
• Mengurangi cedera lidah tertarik kebelakang yang mungkin terjadi sewaktu kejang
4. Resiko trauma saat kejang berhubungan dengan rasa nyaman ditandai dengan klien sakit kepala, nyeri otot/punggung, dan perubahan pada tonus otot • Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar
• Miringkan kepala selama serangan kejang • Meningkatkan aliran (drainase) sekret
• Mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas
5. Gangguan penurunan kesadaran saat aktivitas kejang berhubungan dengan rasa aman ditandai dengan klien pernah terjatuh dan fraktur • Tinggal bersama klien dalam waktu beberapa lama selama/setelah kejang • Meningkatkan keamanan pasien
6. Gangguan konsep diri, rendah diri sehubungan dengan mempunyai penyakit epilepsi • Anjurkan untuk mengekspresikan atau mengungkapkan perasaannya • Membantu memotivasi klien untuk dapat menerima keadaannya agar lebih percaya diri







BAB III
KESIMPULAN

1. Pengertian Epilepsi : berasal dari bahasa Yunani (Epilepsia) yang berarti 'serangan'. Penyakit ini merupakan gangguan mendadak dan sesaat pada sistem syaraf otak, terjadi akibat aktivitas listrik berlebihan dari kelompok sel neuron di otak.
2. Epilepsi dibagi atas 2 golongan : Epilepsi primer atau idiopatik dan Epilepsi sekunder atau simtomatik
3. Klasifikasi Epilepsi :
a. Absence Epilepsy
b. Epilepsi dengan generalized tonic-clonic seizure
c. Juvenile Myoclonic epilepsy
4. Gejala Epilepsi :
a. Kejang parsial simplek 
b. Kejang Jacksonian 
c. Kejang parsial (psikomotor) kompleks 
d. Kejang konvulsif 
e. Epilepsi primer generalisata 
f. Kejang petit mal 
g. Status epileptikus 
5. Pengobatan Epilepsi :
Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat antikonvulsan atau antiepileptic untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan.
6. Tujuan pengobatan :
menyembuhkan atau bila tidak mampu menyembuhkan, paling tidak membatasi gejala-gejala dan mengurangi efek samping pengobatan
7. Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan pada pasien dengan Epilepsi adalah dilakukan tirah baring, jika pasien kejang ditandai dengan klien sakit kepala, nyeri otot/punggung, dan perubahan pada tonus otot, maka Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, serta miringkan kepala selama serangan kejang


DAFTAR PUSTAKA

dr. Harsono, DSS.2005. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Prof. Dr.dr. Lumbantobing, S.M. 1994. EPILEPSI ( AYAN ). Balai penerbit FKUI : Jakarta.
Tuti Pahria...et all. 1996. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan. EGC : Jakarta.
www.detiknews.com
www.ilmukedokteran.net
www.indonesiaindonesia.com
www.medicastore.com
www.smartnet-q.blogspot.com

askep hiperbillirubin

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Semua bayi yang telahir dari ibu, hidupnya tak lagi mendapat suplay dari ibu. Baik nutrisi maupun oksigen. Semua hal yang berhubungan dengan kebutuhan hidupnya kini menjadi tanggungannya sendiri. Oleh karena itu secara fisiologi bayi akan mengalami penurunan berat badan karena dibutuhkan energi yang besar untuk mendapatkan nutirsi dan oksigen sendiri. Semua sistem dalam tubuhnya berubah, dipersiapkan untuk mengolah nutrisi dan beradaptasi dengan perubahan dari luar tubuhnya. Salah satu organ yang mengalami perubahan adalah hepar. Hiperbilirubin adalah suatu penyakit akibat kelebihan kadar bilirubin dalam darah. Dalam bayi keadaan ini disebut dengan Ikterus Fisiologis. Pada bayi keadaan hiperbilirubin ini secara fisiologis akan terjadi pada usia ke-2 dan ke-3 dan akan tampak jelas pada hari ke-5.Pada bayi kemungkinan terjadi akibat defisiensi atau tidak aktifnya glukoronil transferase, rendahnya pengambilan dari hepatic kemungkinan karena penurunan protein hepatic sejalan dengan penurunan aliran hepatic. 
Angka kejadian ikterus pada bayi sangat bervariasi di RSCM persentase ikterus neonatorum pada bayi cukup bulan sebesar 32,1% dan pada bayi kurang bulan sebesar 42,9%, sedangkan di Amerika Serikat sekitar 60% bayi menderita ikterus baru lahir menderita ikterus, lebih dari 50%. Bayi-bayi yang mengalami ikterus itu mencapai kadar bilirubin yang melebihi 10 mg.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hiperbilirubin ?
2. Bagaimana klasifikasi hiperbilirubin ?
3. Bagaimana metabolisme bilirubin ?
4. Apa etiologi penyakit hiperbilirubin ?
5. Bagaimana patofisiologi hiperbilirubin ?
6. Bagaimana manifestasi klinis pada penyakit hiperbilirubin ?
7. Apa komplikasi hiperbilirubin ?
8. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan penyakit hiperbilirubin ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan hiperbilirubin ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian hiperbilirubin.
2. Untuk mengetahui klasifikasi hiperbilirubin.
3. Untuk mengetahui metabolisme bilirubin.
4. Untuk mengetahui etiologi penyakit hiperbilirubin.
5. Untuk mengetahui patofisiologi hiperbilirubin.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada penyakit hiperbilirubin.
7. Untuk mengetahui komplikasi hiperbilirubin.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pasien dengan penyakit hiperbilirubin.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan hiperbilirubin.




























BAB II
KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN
Hiperbilirubin adalah meningginya kadar bilirubin dalam darah melebihi nilai normalnya pada bayi yang baru lahir. Nilai normal : bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
Ikterus neonatorium adalah disklorisasi pada kulit atau organ lain karena penumpukan bilirubin.

B. KLASIFIKASI
Ikterus dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Ikterus Fisiologis adalah :
Ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “Kernikterus” dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
Warna kuning akan timbul pada hari ke-2 dan ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5 dan ke-6 dan menghilang pada hari ke-10. Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan biasa. Kadar bilirubin serum bayi cukup bulan > 12 mg/dL dan pada BBLR 10 mg/dL., dan akan hilang pada hari ke-12.
2. Ikterus Patologis adalah :
Ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.
a. Akan timbul dalam 24 jam hari pertama dan serum bilirubin total > 12 mg/dL.
b. Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih dalam 24 jam.
c. Ikterus yang disertai proses hemolisis.
d. Bil direk > 1 mg/dL atau kenaikan bil serum > 1 mg/dL/jam atau > 5 mg/dL/hari.
e. Konsentrasi bil serum > 10 mg % pada BKB dari 12,5 mg % pada BCB.
f. Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari ( bayi cukup bulan ) dan > 14 hari pada BBLR.

C. METABOLISME BILIRUBIN
Metabolisme bilirubin mempunyai tingkatan sebagai berikut :
1) Produksi
2) Transportasi 
3) Konjugasi
4) Ekskresi
Secara ringkas penjelasannya adalah:
o Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. 
  Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin darah dan  
  sebagian lagi dari hem bebas atau proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan 
  bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta 
  beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin 
  bebas atau bilirubin IX α. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak,  
  karenanya mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melalui 
  membran biologik seperti plasenta dan sawar darah otak. 
o Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar. 
o Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hepar dan masuk ke dalam hepar. Segera setelah ada dalam sel hepar terjadi persenyawaan ligandin (protein Y), protein Z dan glutation hepar lain yang membawanya ke retikulum endoplasma hepar, tempat terjadinya konjugasi. Proses ini timbul berkat adanya enzim glukoronil transferase yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk. Jenis bilirubin ini dapat larut dalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresi melalui ginjal. 
o Sebagian besar bilirubin yang terkonjugasi ini diekskresi melalui duktus hepatikus ke dalam saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urubilinogen dan keluar dengan tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus, sebagian di absorpsi kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses absorpsi entero hepatik.

 Produksi bilirubin pada fetus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas. Demikian pula kesanggupannya untuk mengkonjugasi. Dengan demikian hampir semua bilirubin pada janin dalam bentuk bilirubin indirek dan mudah melalui plasenta ke sirkulasi ibu dan diekskresi oleh hepar ibunya. Dalam keadaan fisiologis tanpa gejala pada hampir semua neonatus dapat terjadi akumulasi bilirubin indirek sampai 2 mg%. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakmampuan fetus mengolah bilirubin berlanjut pada masa neonatus. Pada masa janin hal ini diselesaikan oleh hepar ibunya, tetapi pada masa neonatus hal ini berakibat penumpukan bilirubin dan disertai gejala ikterus. 
 Pada bayi baru lahir karena fungsi hepar belum matang atau bila terdapat gangguan dalam fungsi hepar akibat hipoksia, asidosis atau bila terdapat kekurangan enzim glukoronil transferase atau kekurangan glukosa, kadar bilirubin indirek dalam darah dapat meninggi. Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat tergantung pada kadar albumin dalam serum. Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat dimengerti bila kadar bilirubin indirek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak. Inilah yang menjadi dasar pencegahan ‘kernicterus’ dengan pemberian albumin atau plasma. Bila kadar bilirubin indirek mencapai 20 mg% pada umumnya kapasitas maksimal pengikatan bilirubin oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal telah tercapai.

D. ETIOLOGI
 Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi :
1. Produksi yang berlebihan
 Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses “Uptake” dan konjugasi hepar 
 Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam “Uptake” bilirubin ke sel hepar.

3. Gangguan transportasi 
 Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
4. Gangguan dalam ekskresi
 Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.

E. PATOFISIOLOGI
 Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.
 Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y berkurang atau pada keadaan proten Y dan protein Z terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukoranil transferase) atau bayi yang menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatik.
 Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada susunan saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar daerah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas, berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia, dan kelainan susunan saraf pusat yang terjadi karena trauma atau infeksi. 

F. WOC (Web Of Caution)








































G. MANIFESTASI KLINIS
 Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sinar matahari. Bayi baru lahir (BBL) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mg/dl atau 100 mikro mol/L (1 mg mg/dl = 17,1 mikro mol/L). salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis, sederhana dan mudah adalah dengan penilaian menurut Kramer (1969). Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada, lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning. Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan tabel yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya.



Derajat Ikterus 
Daerah Ikterus
 Perkiraan Bili
Kadar Rubin
  Aterm Prematur
1.
2.

3.

4.

5. Kepala sampai leher
Kepala, badan, sampai dengan umbilicus
Kepala, badan, paha, sampai dengan lutut
Kepala, badan, ekstremitas, sampai pergelangan tangan dan kaki
Kepala, badan, semua ekstremitas sampai ujung jari 5,4
8,9

11,8

15,8 -
9,4

11,4

13,3




H. KOMPLIKASI
1. Terjadi kernicterus adalah suatu sindroma neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan bilirubin tak terkonyugasi dalam sel – sel otak. Secara klinis pada awalnya tidak jelas, dapat berupa mata berputar, letargi, kejang, tak mau menghisap, malas minum, tonus otot meningkat, leher kaku, dan opistotonus. Bila berlanjut dapat terjadi spasme otot, opistotonus, kejang, atetosis yang disertai ketegangan otot. Dapat ditemukan ketulian pada nada tinggi, gangguan bicara dan retardasi mental.
2. Bilirubin Encephalopathy ( komplikasi serius ).


I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Test Coom pada tali pusat bayi baru lahir.
 Hasil + tes ini, indirek menandakan adanya anti body Rh-positif, anti –A, atau anti_B dalam darah ibu. Direk menandakan adanya sensitisasi (Rh-positif, anti-A, anti-B) SDM dari neonates.
2. Golongan darah bayi dan Ibu : mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
3. Biliribin total.
 Kadar direk bermakna jika melebihi 1,0 – 1,5 mg/dl, yang mungkin dihubungkan dengan sepsi .kadar indirek tidak boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam 24 jam atau tidak boleh melebihi 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi preterm. protein serum total : kadar kurang dari 3,0 g/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan terutama bayi preterm.
4. Hitung Darah Lengkap.
 Hb mungkin rendah (kurang dari 14 g/dl) karena hemolisis. Ht mungkin meningkat (lebih besar 65%) pada polisitemia, penurunan (kurang dari 45%) dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
5. Glukosa.
 Glukosa darah lengkap kurang dari 30 mg/dl atau tes glukosa serum kurang dari 40 mg/dl bila BBL hipoglikemi dan mulai menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
6. Daya ikat karbon dioksida.
 Penurunan kadar menunjukkan hemolisis.
7. Smear darah Perifer.
 Dapat menunjukkan SDM abnormal, eritoblastosis pada penyakit Rh atau sferositis pada inkompatibilitas ABO.

8. PENATALAKSANAAN
 Tujuan utama dalam penatalaksanaan ikterus neonatorum adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menbimbulkan kernikterus /ensefalopati bilirubin, serta mengobati penyebab langsung ikterus tadi. Pengendalian kadar bilirubin dapat dilakukan dengan mengusahakan agar konjugasi bilirubin dapat lebih cepat berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dengan merangsang terbentuknya glukoronil transferase dengan pemberian obat-obatan (luminal / fenobarbital)). Pemberian substrat yang dapat menghambat metabolisme bilirubin (plasma atau albumin), mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian kolesteramin), terapi sinar atau transfusi tukar, merupakan tindakan yang juga dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin. 
 
 Dikemukakan pula bahwa obat-obatan (IVIG : Intra Venous Immuno Globulin dan Metalloporphyrins) dipakai dengan maksud menghambat hemolisis, meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin. 
1. Terapi Sinar
 Pengaruh sinar terhadap ikterus telah diperkenalkan oleh Cremer sejak 1958. Banyak teori yang dikemukakan mengenai pengaruh sinar tersebut. Teori terbaru mengemukakan bahwa terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin. Energi sinar mengubah senyawa yang berbentuk 4Z, 15Z-bilirubin menjadi senyawa berbentuk 4Z, 15E-bilirubin yang merupakan bentuk isomernya. Bentuk isomer ini mudah larut dalam plasma dan lebih mudah diekskresi oleh hepar ke dalam saluran empedu. Peningkatan bilirubin isomer dalam empedu menyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus, sehingga peristaltik usus meningkat dan bilirubin akan lebih cepat meninggalkan usus halus. 
 Di RSU Dr. Soetomo Surabaya terapi sinar dilakukan pada semua penderita dengan kadar bilirubin indirek >12 mg/dL dan pada bayi-bayi dengan proses hemolisis yang ditandai dengan adanya ikterus pada hari pertama kelahiran. Pada penderita yang direncanakan transfusi tukar, terapi sinar dilakukan pula sebelum dan sesudah transfusi dikerjakan. 
 Peralatan yang digunakan dalam terapi sinar terdiri dari beberapa buah lampu neon yang diletakkan secara pararel dan dipasang dalam kotak yang berfentilasi. Agar bayi mendapatkan energi cahaya yang optimal (380-470 nm) lampu diletakkan pada jarak tertentu dan bagian bawah kotak lampu dipasang pleksi glass biru yang berfungsi untuk menahan sinar ultraviolet yang tidak bermanfaat untuk penyinaran. Gantilah lampu setiap 2000 jam atau setelah penggunaan 3 bulan walau lampu masih menyala. Gunakan kain pada boks bayi atau inkubator dan pasang tirai mengelilingi area sekeliling alat tersebut berada untuk memantulkan kembali sinar sebanyak mungkin ke arah bayi.
 Pada saat penyinaran diusahakan agar bagian tubuh yang terpapar dapat seluas-luasnya, yaitu dengan membuka pakaian bayi. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 6-8 jam agar bagian tubuh yang terkena cahaya dapat menyeluruh. Kedua mata ditutup namun gonad tidakperlu ditutup lagi, selama penyinaran kadar bilirubin dan hemoglobin bayi di pantau secara berkala dan terapi dihentikan apabila kadar bilirubin. 
 Penghentian atau peninjauan kembali penyinaran juga dilakukan apabila ditemukan efek samping terapi sinar. Beberapa efek samping yang perlu diperhatikan antara lain : enteritis, hipertermia, dehidrasi, kelainan kulit, gangguan minum, letargi dan iritabilitas. Efek samping ini biasanya bersifat sementara dan kadang-kadang penyinaran dapat diteruskan sementara keadaanyang menyertainya diperbaiki. 
2. Fenobarbital 
 Fenorbarbital dapat mengekskresikan bilirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatic glukoromil trnsferase yang dapat meningkatkan bil konjugasi dan clearance hepatic pada pigmen dalam empedu, sintesis protein dimana dapat meningkatkan albumin untuk mengikat bilirubin.
3. Antibiotik, apabila terkait dengan infeksi.
4. Transfusi Tukar
 Transfusi tukar merupakan tindakan utama yang dapat menurunkan dengan cepat bilirubin indirek dalam tubuh selain itu juga bermanfaat dalam mengganti eritrosit yang telah terhemolisis dan membuang pula antibodi yang menimbulkan hemolisis. Walaupun transfusi tukar ini sangat bermanfaat, tetapi efek samping dan komplikasinya yang mungkin timbul perlu di perhatikan dan karenanya tindakan hanya dilakukan bila ada indikasiKriteria melakukan transfusi tukar selain melihat kadar bilirubin, juga dapat memakai rasio bilirubin terhadap albumin 
Prosedur transfusi tukar :
 Bayi ditidurkan rata di atas meja dengan fiksasi longgar.
 Pasang monitor jantung, alarm jantung diatur diluar batas 100-180 kali / menit.
 Masukkan kateter ke dalam vena umbilikalis.
 Melalui kateter, darah bayi diisap sebanyak 20 cc lalu dikeluarkan. Kemudian darah pengganti sebanyak 20 cc dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Setelah menunggu 20 detik, lalu darah bayi diambil lagi sebanyak 20 cc dan dikeluarkan. Kemudian dimasukkan darah pengganti dengan jumlah yang sama, demikian siklus penggantian tersebut diulangi sampai selesai.
 Kecepatan mengisap dan memasukkan darah ke dalam tubuh diperkirakan 1,8 kg / cc BB/ menit. Jumlah darah yang ditransfusi tukar berkisar 140-180 cc / kg BB tergantung pada tinggi rendahnya kadar bilirubin sebelum transfusi tukar.





































BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
Data dasar klien :
a. Aktivitas
Letargi, malas
b. Sirkulasi
Pucat menandakan adanya anemia.
c. Eliminasi
1) Bising usus hipoaktif.
2) Pasase mekonium mungkin lambat.
3) Feses lunak dan kehijauan selama pengeluaran billirubin.
4) Urine gelap dan pekat
d. Makanan/cairan
1) Riwayat pelambatan pemasukan oral (ASI).
2) Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran limpa.
e. Neurosensori
1) Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang parietal yang berhubungan dengan trauma lahir.
2) Edema umum, hepatosplenomegali mungkin ada dengan inkompatibilitas Rh berat.
3) Kehilangan reflek moro.
4) Opitotonus dengan kekakuan lengkung punggung, fontanel menonjol, menangis lirih, aktifitas kejang (tahap krisis).
f. Pernafasan
1) Riwayat asfiksia.
2) Krekels, mucus bercak merah muda (edema pleural, hemoragi pulmonal).

g. Keamanan
1) Riwayat positif infeksi/sepsis neonatus.
2) Dapat mengalami ekimosis berlebihan, petekie, perdarahan intra cranial.
3) Tampak ikterik pada awalnya di wajah dan berlanjut pada bagian distal tubuh, kulit hitam kecoklatan sebagai efek fototerapi.
2. Pengelompokan Data
a. Data Subyektif
1) Pasien mengatakan pernah mempunyai riwayat afiksia.
2) Pasien mengatakan mengalami trauma lahir.
b. Data Obyektif
1) Tampak ikterik pada awalnya di wajah dan berlanjut pada bagian distal tubuh.
2) Kulit hitam kecoklatan sebagai efek fototerapi.
3) Hepatosplenomegali.
4) Tahap krisis : epistetanus, aktivitas kejang.
5) Urine gelap pekat.
6) Bilirubin total :
• Kadar direk > 1,0 – 1,5 mg/dL.
• Kadar indirek < 20 mg/dL.
7) Protein serum total < 3,0 g/dL.
8) Golongan darah bayi dan ibu inkompatibilitas ABI, Rh.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi injury (internal), keterlibatan SPP b/d peningkatan serum bilirubin indirek.
2. Resiko gangguan integritas kulit b/d fototerapi.
3. Kecemasan orang tua b/d kondisi bayi.
4. Kurang pengetahuan orang tua b/d kurangnya pengalaman orang tua.

C. INTERVENSI
Diagnosa I : Resiko tinggi injuri (internal), keterlibatan SPP b/d peningkatan serum 
  bilirubin indirek.
Tujuan : Injuri (internal) tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan kadar bilirubin indirek di bawah 12 mg/dL.
2. Resolusi ikterik pada akhir minggu I tetap.
3. Bebas dari keterlibatan SPP.
Intervensi :
1. Perhatikan kelompok dan golongan darah ibu/bayi.
Rasional : 
Inkompatibilitas ABD mempengaruhi 20 % darah selama kehamilan dan paling umum terjadi pada ibu dengan golongan darah O, yang AB-nya anti-A dan anti-B melewati sirkulasi janin menyebabkan aglutinasi dan hemolisis SDM.
Serupa dengan itu, bila ibu Rh (-) sebelumnya telah disentisasi oleh antigen Rh-positif, antibody melewati plasenta dan bergantung pada SDM janin menyebabkan hemolisis.
2. Tinjau ulang kondisi bayi pada kelahiran, contoh asfiksia atau asidosis.
Rasional :
Asfiksia dan asidosis merupakan afinitas bilirubin terhadap albumin.
3. Pertahankan bayi tetap hangat dan kering. Pantau kulit dan suhu inti dengan sering.
Rasional :
Stress dingin berpotensi melepaskan asam lemak, yang bersaing pada sisi ikatan pada albumin, sehingga meningkatkan kadar bilirubin yang bersirkulasi dengan bebas.
4. Mulai pemberian makan oral awal dalam 4-6 jam kelahiran, khususnya bila bayi diberi ASI. Kaji bayi terhadap tanda-tanda hipoglikemia.
Rasional :
Keberadaan flora usus yang sesuai untuk pengurangan bilirubin terhadap urobilinogen, turunkan sirkulasi enterohepatik bilirubin (melintasi hepar dengan duktus venosus menetap). Hipoglikemia memerlukan penggunaan simpanan lemak untuk asam lemak pelepas energi, yang bersaing dengan bilirubin untuk bagian ikatan pada albumin.
5. Kolaborasi : pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (bilirubin direk dan indirek)
Rasional :
Bilirubin tampak 2 bentuk : bilirubin direk, yang dikonjugasi oleh enzim hepar glukofenil transferase, dan bilirubin indirek yang dikonjugasi dan tampak dalam bentuk bebas dalam darah atau terikat pada albumin.
Bayi potensial terhadap kenicterus diprediksi paling baik melalui peningkatan bilirubin indirek. Peningkatan kadar bilirubin indirek 18-20 mg/dL pada bayi cukup bulan, atau lebih besar dari 13-15 mg/dL pada bayi pratern atau bayi sakit adalah bermakna.
 Diagnosa II : Resiko gangguan intregitas kulit b/d fototerapi 
 Tujusn : Resiko gangguan integritas kulit tidak terjadi 
 Kriteria hasil : 
1. Mempertahankan suhu tubuh dan keseimbangan cairan dalam batas normal. 
2. Bebas dari cedera kulit dan jaringan 
3. Mendemonstrasikan pola interaksi yang diharapkan 
4. Menunjukkan penurunan kadar bilirubin serum 
Intervensi : 
1. Perhatikan adanya atau perkembangan bilier atau obstruksi usus 
Rasional : 
Fototerapi dikontraindikasikan pada mkondisi ini karena foto isomer bilirubin yang diproduksi dalam kulit dan jaringan subkutan dengan pemajanan pada terapi sinar tidak dapat siap diekskresikan. 
2. Ukur kuantitas fotoenergi pola lampu fluorosen dengan menggunakan fotometer.
 Rasional : 
Intensitas sinar menembus permukaan kulit dari spektrum ungu menentukan seberapa dekat bayi di tempatkan terhadap sina.Sinar biru dan biru khusus dipertimbangkan lebih efektif daripada sinar putih dalam meningkatkan bilirubin.Tetapi hal ini membuat kesulitan dalam mengevaluasi bayi baru lahir terhadap sianosis.  
3. Tutup testis dan penis pada bayi pria.
Rasional : 
Mencegah kerusakan testis dari panas. 
4. Pasang lapisan ptiglas diantara bayi dan sinar. 
Rasional : 
Menyaring rafiasi sinar ultraviolet (panjang gelombang lebih sedikit dari 380 nm) dan melindungi bayi bila bola lampu pecah. 
5. Pantau kulit neonatus dan suhu inti setiap 2 jam atau lebih sering sampai stabil dan ukur suhu inkubator dengan tepat.
Rasional : 
Fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respon terhadap pemajanan sinar,radiasi dan konveksi. 
6. Pantau masukan dan haluaran cairan; timbang BB bayi 2x sehari; perhatikan tanda-tanda dehidrasi (misalnya : penurunan haluaran urine, fountanel tertekan, kulit hangat dan kering dengan turgor buruk dan mata cekung), tingkatkan masukan cairan peroral sedikitnya 25%. 
Rasional : 
Peningkatan kehilangan air melalui feses dan evaporasi dapat menyebabkan dehidrasi.Catatan : bayi dapat tidur lebih lama dalam hubungannya dengan fototerapi, menungkatkan resiko dehidrasi bila jadwal pemberian makan yang sering tidak diperhatikan. 
7. Perhatikan perubahan perilaku atau tanda-tanda penyimpangan kondisi (misalnya: letargi,hipotonis,hipertonis,atau tanda-tanda eksipapiramidal). 
Rasional : 
Perubahan ini dapat bermakna deposisi pigmen empedu pada basal ganglia dan terjadinya kepraktus. 
8. Kolaborasi : Pantau pemeriksaan laoratorium sesuai indikasi (kadar bilirubin setiap 12 jam). 
Rasional :
Penurunan kadar bilirubin menandakan keefektifan fototerapi,peningkatan yang kontinyu dan dapat menandakan hemolisis yang kontinyu dan dan dapat menandakan kebutuhan terhadap transfusi tukar. 
 Diagnosa III : Kecemasan orang tua b/d kondisi bayi 
 Tujuan : Orang tua tidak tampak cemas. 
 Kriteria hasil : 
1. Mengharapkan pemahaman tentang penyebab,tindakan dan kemungkinan hasil hiperbilirubin. 
2. Berpartisipasi aktif pada perawatan bayi. 
3. Mengekspresikan perasaan dan perhatian pada bayi. 
Intervensi : 
1. Berikan informasi tipe-tipe ikterik dan faktor-faktor fisiologis dan implikasi maa datang dari hiperbilirubin.Anjurkan untuk memberikan pertanyaan; tegaskan atau perjelas informasi sesuai kebutuhan. 
2. Tinjau ulang maksud dari mengkaji bayi terhadap peningkatan kadar bilirubin (Misalnya, mengobservasi pemucatan kulit diatas tonjolan tulang atau perubahan perilaku), khususnya bila bayi dipulangkan dini,tekankan pemberat. 
Rasional : 
Memungkin kan orang tua mengenali tanda-tanda peningkatan kadar bilirubin dan mencari evaluasi medis tepat waktu. 
3. Diskusikan penatalaksanaan dirumah dari ikterik fisiologis ringan atau sedang termasuk peningkatan pemberian makan langsung pada sinar matahari dengan program tindak lanjut tes serum. 
Rasional : 
Pemahaman orang tua membantu mengembangkan kerjasama mereka bila bayi dupulangkan. Informasi membantu orang tua melaksanakan penatalaksanaan dengan aman dan tepat dan mengenali pentingnya semua aspek program penatalaksanaan. 
4. Berikan informasi tantang mempertahankan suplai ASI melalui penggunaan pompa payudara dan tentang kembali menyusui ASI bila ikterik memerlukan pemutusan menyusui. 
Rasional : 
Membantu ibu untuk mempertahankan pemahaman pentingnya terapi.Mempertahankan supaya orang tetap mendapatkan informasi tentang keadaan bayi, meningkatkan keputusan berdasarkan informasi. 
5. Diskusikan kemungkinan efek-efek jangka panjang dari hiperbilirubin dan kebutuhan terhadap pengkajian lanjut dan intervensi dini. 
Rasional : 
Kerusakan neurologis dihubungkan dengan krepiktus,meliputi kematian, palsiserebral, retardasi mental, kesulitan sensori, perlambatan bicara, dan hipoplasia email atau warna gigi hijau kekuningan. 
Diagnosa IV : Kurang pengetahuan orang tua b/d kurangnya pengalaman orang tua.
Tujuan : Orang tua mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan  
  proses pengobatan.
Kriteria Hasil : 
1. melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi dan Implementasi:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.


D. IMPLEMENTASI
 Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana intervensi yang telah disusun.

E. EVALUASI
 Tujuan tercapai, tindakan dihentikan.