Kamis, 18 Juni 2009

Askep Hemoroid

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Wasir – begitu awam menyebutnya – memang menjadi momok bagi segelintir orang yang menderitanya. Benjolan didalam anus yang mau tak mau ’dibawa’ setiap hari sangat membuat rasa tidak nyaman. Duduk, salah. Berdiri, juga salah. Apalagi kalau hendak buang hajat, meringis kesakitan.
Hemorrhoid, ambein, atau wasir dapat dialami oleh siapapun. Namun seringkali penderita merasa malu atau dianggap tidak penting maka kurang memperhatikan gangguan kesehatan ini. Secara anatomi ambeien bukanlah penyakit, melainkan perubahan fisiologis yang terjadi pada bantalan pembuluh darah di dubur, berupa pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. 
Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, kata dr Toar JM Lalisang SpB-KBD dalam Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK) 2005, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal (kanalis anus).
Secara keseluruhan berdasarkan statistik, jumlah tindakan hemoroidektomi menurun. Puncaknya terjadi tahun 1974 dimana hemoroidektomi dilakukan sebanyak 117 per 100.000 orang. Angka itu menurun 13 tahun kemudian (1987) menjadi 37 per 100.000 orang.
Hemoroid tidak pandang bulu. Baik laki-laki maupun perempuan punya risiko yang sama. Di sisi lain, risiko hemoroid justru meningkat seiring bertambahnya usia. Usia puncak adalah 45-65 tahun.




 
B. RUMUSAN MASALAH
1. Sebutkan definisi hemoroid ?
2. Sebut dan jelaskan klasifikasi dari hemoroid ?
3. Jelaskan prevalensi dari hemoroid ?
4. Jelaskan penyebab dari hemoroid ?
5. Jelaskan gejala – gejala pada penderita hemoroid ?
6. Jelaskan patofisiologi hemoroid ?
7. Buat asuhan keperawatan mengenai hemeroid secara umum ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Menyebutkan definisi dari hemoroid.
2. Menyebutkan dan mengklasifikasikan mengenai hemoroid.
3. Menjelaskan prevalensi dari hemoroid.
4. Menjelaskan penyebab dari hemeroid.
5. Menjelaskan gejala-gejala pada penderita hemoroid.
6. Menjelaskan patofisiologi dari hemoroid.
7. Membuat asuhan keperawatan mengenai hemoroid secara umum.

 












BAB II
PEMBAHASAN

I Pengertian Hemeroid 
   

• Menurut asal katanya [Yunani, haem = blood (darah), rhoos = flowing (mengalir)]
(Oleh ANDRA RACIKAN UTAMA - Edisi September 2006 (Vol.6 No.2 )
• Masa Vaskular yang menonjol kedalam lumen rektumbagian bawah atau areal perineal
(Sandra M Nettina)
• Adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot & pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang elastis sehingga cairan darah terhambat dan membesar
(Daldiyono)
• Terjadi pelebaran ( dilatasi ) vena pada anus maupun rectal ( fleksus haemorrhoidalis superior dan media : haemorrhoid interna dan fleksus haemorrhoidalis inferior : haemorrhoid eksterna ).
Insiden terjadi pada usia 20 - 50 tahun.
(http://iwansain.wordpress.com/2007/09/19/asuhan-keperawatan-klien-dengan-hemorhoid/)

II Klasifikasi

Berdasarkan letak, hemoroid dibagi menjadi 3 yaitu hemoroid eksterna, interna, dan campuran.
1. Homoroid Eksterna
Dikatakan eksterna karena benjolan terletak dibawah linea pectinea, diatas garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa anus. Hemoroid ini tetap berada di dalam anus. 
 
Mempunyai 3 bentuk yaitu :
a. bentuk hemoroid biasa yang letaknya distal linea pectinea
b. bentuk trombosis
c. bentuk skin tags
Biasanya benjolan pada hemoroid eksternus akan keluar dari anus bila mengedan, tapi dapat dimasukkan kembali dengan jari. Rasa nyeri pada perabaan menandakan adanya trombosis, yang biasanya disertai penyulit seperti infeksi atau abses perianal.
2. hemoroid interna 
Terletak diatas linea pectinea. Hemoroid interna merupakan benjolan dari vena hemoroidalis internus yang dilapisi epitel dari mukosa anus terletak dibawah garis anorektal. Pada posisi litotomi, benjolan paling sering terdapat pada jam 3, 7, dan 11. Ketiga letak itu dikenal dengan three primary haemorrhoidal areas. hemoroid ini keluar dari anus (wasir luar)
 
Dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan perkembangannya :
o Tingkat 1 : biasanya asimtomatik dan tidak dapat dilihat, jarang terjadi perdarahan. Benjolan dapat masuk kembali dengan spontan
o Tingkat 2 : gejala perdarahannya berwarna merah segar pada saat defekasi (buang air besar)
benjolan dapat dilihat disekitar pinggir anus dan dapat kembali dengan spontan.
o Tingkat 3 : prolapsus hemoroid, terjasi setelah defekasi dan jarang terjadi perdarahan,
prolapsus dapat kembali dengan dibantu.
o Tingkat 4 : terjadi prolaps dan sulit kembali dengan spontan

III PREVALENSI
• wanita hamil, kehmilan menyebabkan otot-otot pinggul menjadi semakin tidak elastis.
• wanita melahirkan, saat proses persalinan normal/ spontan yang selalu dibarengi dengan mengedan.
• semua pria yang umumnya berusia diatas 40 tahun.
• semua orang yang menderita obesitas
KOMPLIKASI
• Perdarahan 
• Anemia
• Inkontinensia feses
• strangulasi

IV PENYEBAB
• terlalu banyak mengejan saat buang air besar
• kebiasaan berjongkok atau duduk terlalu lama 
• mengangkat beban terlalu berat misalnya: pembesaran prostat jinak ataupun kenker prostat, penyempitan saluran kemih, dan sering melahirkan anak.
• wanita hamil yang mengedan saat melahirkan
• diare kronik
• usia lanjut
• hubungan seks peranal
• hereditas
• sembelit
• genetic predisposisi
• infeksi anal
• pembedahan rektal atau episiotomi
• alkoholisme
• hipertensi portal (sirosis)
• batuk
• bersin
• muntah

V GEJALA
 
• terjadi benjolan-benjolan disekitar dubur setiap kali buang air besar
• rasa sakit atau nyeri
rasa sakit yang timbul karena prolaps hemoroid (benjolan tidak dapat kembali) dari anus terjepit karena adanya trombus.
• perih
• perdarahan segar disekitar anus darah yang keluar bisa berupa tetesan namun juga bisa mengalir deras, darah berwarna merah muda, penderita biasanya tidak merasa sakit.
• perdarahan terjadi dikarenakan adanya ruptur varises.
• perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat lama)
• keluar lendir yang menyebabkan perasaan isi rektum belum keluar semua Rasa mengganjal, setelah BAB (buang air besar) ada sensasi rasa mengganjal, kondisi ini menciptakan kesan bahwa proses BAB belum berakhir, sehingga seseorang mengejan lebih kuat, tindakan ini justru membuat ambeien semakin parah.
















VI PATOFISIOLOGI

























Darah yang mengalir pada waktu defekasi maupun sesudahnya menjadi gejala yang paling sering dikeluhkan oleh penderita hemoroid. Darah berwarna merah segar itu bisa menetes, bisa pula menyemprot. Terlebih lagi, feses yang keras dapat menyebabkan robekan sehingga terjadi perdarahan yang lebih hebat hingga kadar hemoglobin dapat mencapai dibawah 4 g/dl.
Bila sudah terjadi radang maka penderita juga merasakan nyeri hampir sepanjang hari. Awalnya, benjolan dapat keluar masuk dengan sendirinya. Namun, lama kelamaan benjolan mandek, tidak bisa lagi masuk ke dalam sehingga perlu dibantu dengan jari tangan. Sementara itu, risiko trombosis dapat terjadi ketika bantalan anus sudah prolaps. Trombosis yang mengalami edema dan inflamasi lama kelamaan akan membentuk polip fibrosis atau skin tags.
Pada kasus hemoroid interna, mukosa anus dapat mengeluarkan sekret yang disertai perdarahan, yang sering mengotori celana dalam dan menyebabkan maserasi kulit. Bila ditambah lagi dengan higiene yang buruk serta reaksi alergi obat topikal yang dioleskan pada anus maka akan memicu dermatitis periana
 
TERAPI 
Farmakologis
Menangani hemoroid tak melulu perlu tindakan invasif. Dengan obat juga bisa. Namun, pemilihan jenis terapi (obat atau invasif) sangat bergantung dari keluhan penderita serta derajat hemoroidnya. Tidak ada indikasi mutlak dalam terapi invasif dan diusahakan menjadi pilihan terakhir. 
Salah satu obat hemoroid adalah diosmin dan hesperidin yang dimikronisasi. Layaknya noradrenalin, obat ini mengakibatkan kontraksi vena, menurunkan ekstravasasi dari kapiler dan menghambat reaksi inflamasi terhadap prostaglandin (PGE2, PGF2). Kehadiran obat ini tentu memberi angin segar bagi penderita hemoroid yang takut atau enggan dioperasi. Sebuah studi acak bahkan membuktikan obat ini sama efektif dengan rubber band ligation. Malah dengan efek samping lebih kecil.

Nonfarmakologis
- perbaiki pola hidup (makanan dan minum): perbanyak konsumsi makanan yang mengandung serat (buah dan sayuran) kurang lebih 30 gram/hari, serat selulosa yang tidak dapat diserap selama proses pencernaan makanan dapat merangsang gerak usus agar lebih lancar, selain itu serat selulosa dapat menyimpan air sehingga dapat melunakkan feses. mengurangi makanan yang terlalu pedas atau terlalu asam. menghindari makanan yang sulit dicerna oleh usus. tidak mengkonsumsi alkohol, kopi, dan minuman bersoda. perbanyak minum air putih 30-40 cc/kg BB/hari.
- perbaiki pola buang air besar : mengganti closet jongkok menjadi closet duduk. jika terlalu banyak jongkok otot panggul dapat tertekan kebawah sehingga dapat menghimpit
 Pembuluhdarah.
- penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan lokal daerah anus dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit tiga kali sehari. selain itu penderita disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk atau tidur, lebih baik banyak berjalan.

Tindakan Invasif
 

Bila obat sudah tak mempan atau terjadi perdarahan dan prolaps, tindakan invasif menjadi pilihan terakhir. Prinsip dari tindakan invasif ada 2 yaitu fiksasi dan eksisi. Fiksasi dilakukan pada derajat I dan II. Dan selebihnya eksisi.
 
Fiksasi
Meliputi skleroterapi, rubber band ligation, cryosurgery, infrared thermocoagulation, photocoagulation, dan Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. 
Skleroterapi. Dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode ini menggunakan zat sklerosan yang disuntikan para vasal. Setelah itu, sklerosan merangsang pembentukan jaringan parut sehingga sehingga menghambat aliran darah ke vena-vena hemoroidalis. Akibatnya, perdarahan berhenti. Sklerosan yang dipakai adalah 5% phenol in almond oil dan 1% polidocanol. Metode ini mudah dilaksanakan, aman dan memberikan hasil baik.
Rubber band ligation. Kerja dari metode ini adalah akan mengabliterasi lokal vena hemoroidalis sampai terjadi ulserasi (7-10 hari) yang diikuti terjadinya jaringan parut (3-4 minggu). Prosedur ini dilakukan pada hemoroid derajat 1-3.
Infrared thermocoagulation. Prinsipnya adalah mendenaturasi protein melalui efek panas dari infrared, yang selanjutnya mengakibatkan jaringan terkoagulasi. Untuk mencegah efek samping dari infrared berupa kerusakan jaringan sekitar yang sehat, maka jangka waktu paparan dan kedalamannya perlu diukur akurat. Metode ini diperuntukkan pada derajat 1-2.
Laser haemorrhoidectomy. Metode ini mirip dengan infrared. Hanya saja mempunyai kelebihan dalam kemampuan memotong. Namun, biayanya mahal.
Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Metode ini menjadi pilihan utama saat terjadi perdarahan karena dapat mengetahui secara tepat lokasi arteri hemoroidalis yang hendak dijahit. 
Cryotherapy. Metode ini kurang direkomendasikan karena seringkali kurang akurat dalam menentukan area freezing. 
 
Eksisi
Terdapat beberapa teknik yaitu St. Marks Milligan – Morgan technique, submucosal haemorrhoidectomy (Parks method), dan yang terbaru adalah circular stapler anopexy (teknik Longo). 
Teknik circular stapler anopexy atau dikenal dengan procedure for prolapse and haemorrhoids (PPH) baru dikembangkan sekitar tahun 1993. Teknik ini bekerja dengan mendorong jaringan hemoroid yang merosot ke arah atas dan dijahitkan ke selaput lendir dinding anus. Kemudian sebuah gelang dari bahan titanium diselipkan di jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut.
PPH memiliki beberapa keuntungan dibandingkan operasi konvensional diantaranya nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan cepat karena hanya menghabiskan 12-45 menit, dan pasien dapat pulih lebih cepat paska operasi. Namun risiko perdarahan, trombosis, serta penyempitan saluran anus masih dapat terjadi.
Kontraindikasi PPH adalah fistula anus, bengkak, gangren, penyempitan anus, prolaps jaringan hemoroid yang tebal, serta pada pasien dengan gangguan koagulasi (pembekuan darah).
Komplikasi yang dapat timbul paska tindakan invasif adalah perdarahan sekunder, selulitis, abses, fistula, fissura, dan inkontinensia.
  Hemoroid bukan penyakit yang tak mungkin dicegah. Diet tinggi serat seperti banyak sayur dan buah akan membuat feses lembek sehingga tidak perlu mengedan saat buang hajat. 
Di Negeri Paman Sam, angka kejadian hemoroid berkisar 4%. Celakanya, 80% diantaranya adalah pekerja kantoran! Indonesia sendiri belum mempunyai data pasti. Namun, bukan tidak mungkin sebagian besar para pekerja kantoran di negara kita juga mempunyai benjolan ini di anusnya.

Sedangkan terapi yang kompleks dapat dilakukan skleroterapi, ligasi dengan ikatan Barron, bedah krio / beku, dan hemorrhoidektomi.

SKLEROTERAPI
Adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam jaringan areolar yang longgar di bwah hemorrhoid intern dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan diatas di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan di tempat yang tepat maka tidak akan terasa nyeri.
Penyulit penyuntikan merupakan infeksi, prostatitis akut jika masuk kedalam prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikkan.
LIGASI dengan gelang karet / IKATAN BARRON









ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Data Subyektif
• Riwayat Penyakit Sekarang
 perih saat buang air besar
 feses yang keluar keras
 saat BAB terdapat darah setelah feses keluar
 rasa panas disekitar rektum
• Riwayat Penyakit Terdahulu
 Kaji penyakit yang dapat menyebabkan hemoroid seperti (Sembelit, genetic predisposisi, infeksi anal, pembedahan rektal atau episiotomi, hipertensi portal (sirosis), gatal – gatal disekitar rektum.)

Data Objektif
o Bengkak (bendungan) di dalam atau diluar rectum
o Nyeri
o Gatal daerah rectum
o Gangguan mukosa rectum
o Perdarahan pada saat b.a.b berwarna merah segar 


Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat
o Mengkaji nyeri, gatal, atau kemungkinan perdarahan.
o Pertanyaan kebiasaan buang air besar ; konstipasi, mengejan saat defekasi.

Pemeriksaan fisik
o Inspeksi untuk haemorrhoid eksternal ada prolaps atau internal haemorrhoid.
o Pemeriksaan rectal toucer ( colok dubur )
o Proctosigmoidoscopy –> untuk menentukan lokasi dan keadaan dari haemorrhoid.
 

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Eksternal dengan anoskop atao proktoskop menunjukkan hemoroid atau hemoroid-hemoroid
2. Barium enema atau sigmoidoskopi untuk menangani lesi kolonik yang lebih serius yang menyebabkan pendarahan rektal, seperti polip.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan kenyamanan yang b/d nyeri saat defekasi. 
2. Resiko terhadap konstipasi yang b/d ketakutan nyeri saat defekasi. 
3. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapiutik yang b/d ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi defekasi rutin, instruksi rutin, program latihan dan perawatan perianal.

INTERVENSI
Intervensi pharmakologis
o Menggunakan obat pelembut tinja untuk memudahkan b.a.b.
o Laksative bila terjadi konstipasi
oGunakan obat luar (oles), cream dan suppositoria untuk mengurangi nyeri sedang maupun berat atau gatal.

Prosedur khusus medikal-surgikal
o Hemorrhoidectomy : pembedahan pada hemorrhoids.
Sclerosing pada hemorrhoid : injeksi pada jaringan sub mukosa. 
 
INTERVENSI GENERIK 
1. Ajarkan pentingnya diet seimbang. 
 a.Tinjau ulang daftar makanan tinggi bulk : 
• Buah segar dengan kulitnya 
• Sekam 
• Kacang dan biji-bijian 
• Roti gandum dan sereal 
• Buah dan sayuran yang dimasak 
• Jus buah 
b.Cakupkan kira-kira 800gr buah dan sayuran (kira-kira 4 potong buah segar dan salad besar) untuk defekasi normal harian. 
c.Secara bertahap tingkatkan jumlah sekam sesuai toleransi (dapat menambahkan sereal,makanan yang dibakar dll).Jelaskan kebutuhan terhadap masukan cairan dengan sekam. 
  2. Dorong masukan harian sedikitnya 2 liter cairan (8 sampai 10 gelas) kecuali dikontraindikasikan.Batasi kopi dua sampai tiga cangkir per hari. 
  3. Anjurkan satu gelasa air hangat yang diminum 30 menit sebelum sarapan;cairan ini dapat bertindak sebagai stimulus untuk evakuasi usus. 
  4. Tetapkan waktu reguler untuk eliminasi.Gunakan kursi commode atau toilet sebagai ganti bedpan,bila mungkin. 
  5. Bantu individu untuk posisi semi jongkok normal untuk memungkinkan penggunaan optimal otot abdomen dan efek grafitasi kuat. 
  6. Ajarkan bagaimana memasase abdomen bawah dengan perlahan saat di toilet. 
  7. Ajarkan pentingnya berespons pada dorongan untuk defekasi. 
  8. Bila impaksi fekal terjadi, isikan minyak mineral hangat dan tahap minyak ini selama 20 sampai 30 menit.Dengan menggunakan sarung tangan yang dilumasi, potong feses yang keras dan keluarkan.Pantau terhadap stimulasi vagal (pusing,nadi lambat) 
  9. Jelaskan bahaya enema dan penggunaan laksatif yang tidak menghasilkan bulk (rujuk pada konstipasi yang dirasakan). 
 10. Jelaskan bagaimana menggunakan laksatif penghasil bulk (misal psilium hidrofilik musiloid [Metamucl,Effersylium Citrucel,Fibercone]. 
 11. Tekankan kebutuhan terhadap latihan reguler. 
 a.Anjurkan berjalan. 
 b.Bila berjalan dilarang : 
• Ajarkan klien untuk berbaring ditempat tidur atau duduk serta menekuk satu lutut ke dada (10-20 kali setiap lutut) tiga sampai empat kali sehari. 
• Ajarkan klien untuk duduk di kursi atau berbaring di tempat tidur dan memiringkan tubuh dari satu sisi ke sisi lain (10-20 kali) 6 sampai 10 kali sehari. 
12. Kurangi nyeri rektal,bila mungkin, dengan mengintruksikan individu dalam tindakan yang tepat : 
a. Dengan perlahan lumasi anus untuk mengurangi nyeri pada saat defekasi. 
b. Berikan kompres dingin pada area untuk mengurangi rasa gatal. 
c. Lakukan rendam duduk atau sabunan di dalam tub air hangat (43-46 C) selama interval 15 menit bila menusuk. 
d. Gunakan pelunak feses atau minyak mineral sebagai tambahan pada pendekatan lain. 
e. Konsul dengan dokter yang menekankan penggunaan agens anestetik lokal dan antiseptik. 
 13. Lindungi kulit dari kontaminasi : 
a. Evaluasi area kulit sekitar. 
b. Bersihkan dengan tepat dengan agens yang tidak mengiritasi (misalnya gunakan gerakan lembut; gunakan tisu lembut setelah defekasi). 
c. Anjurkan rendam duduk setelah defekasi. 
d. Dengan perlahan berikan emolin pelindung atau pelumas. 
14. Lakukan penyuluhan kesehatan bila diindikasikan : 
a. Ajarkan metode untuk mencegah tekanan rektal, yang memperberat hemoroid. 
b. Hindari duduk lama dan mengejan saat defekasi. 
c. Lunakkan feses (misalnya diet rendah makanan kasar, masukkan cairan banyak). 

Intervensi Bedah 
1. Injeksi larutan sklerosa untuk menghasilkan jaringan parut dan mengurangi prolaps.
2. Cryodesrtuction (pembekuan) hemorroid. 
3. Pembedahan dapat dilakukan pada kedaan pendarahan yang berkepanjangan, nyeri hebat, gatal yang tidak dapat ditoleransi, dan ketidaknyamanan umum yang tidak dapat dikurangi. 
a) Ligasi barron dengan pita karet adalah pengobatan pilihan.Hemorroid internal dilingkari di bagian dasarnya.Setelah beberapa lama, hemoroid tersebut akan mengelupas. 
b) Dilatasi kanal anal dan bagian bawah rektum dapat dilakukan di bawah anastesi umum.Prosedur ini tidak di anjurkan untuk pasien yang keluhan utamanya adalah prolaps atau inkontenensia.Prosedur ini tidak dianjurkan juga untuk pasien lansia dengan sfingter yang lemah. 
c) Hemoroid yang mengalami trombosis akut dapat di insisi untuk membuang bekuannya. 
d) Hemoroidektomi dapat digunakan untuk mengangkat hemoroid internal dan eksternal. 
 
Intervensi keperawatan 
Perawatan Penunjang  
1. Setelah trombosis atau pembedahan, bantu pasien dengan perubahan posisi yang sering menggunakan bantal penunjang demi kenyamanan. 
2. Berikan analgesik, mandi duduk yang hangat, atau kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan inflamasi. 
3. Pasang balutan witch-hazel pada area perianal atau krim anal atau supositoria, jika diinstruksikan,untuk mengurangi rasa tidak nyaman. 
4. Amati area anal pasca bedah akan adanya drainase dan pendarahan; laporkan jika berlebihan. 
5. Berikan pelunak feses atau laksatif untuk membantu gerakan usus segera setelah pembedahan, untuk mengurangi resiko striktur.






PENDIDIKAN PASIEN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Ajari tentang higiene anal dan tindakan untuk mengendalikan kelembaban untuk mencegah rasa gatal.
2. Anjurkan untuk latihan teratur, diet tinggi serat, dan asupan cairan yang adekuat (8-10 gelas perhari) untuk mencegah mengejan dan konstipasi, yang dapat menimbulkan pembentukan hemoroid. Misalnya : Makan sayur dan buah yang cukup banyak. Kurangi konsumsi cabe dan makanan pedas.
3. Ajurkan untuk tidak mengunakan laksatif secara teratur; feses yang lunak dan padat akan mendilatasi kanal anal dan menurunkan pembentukan struktur setelah pembedahan.
4. Beri tahu pasien untuk menhadapi rabas yang berbau busuk selama 7 sampai 10 hari setelah cryodestruction.
5. Tentukan kebiasaan defekasi normal pasien dan identifikasi faktor-faktor predisposisi untuk mengajari pasien tentangmencegah kekambuhan gejala.
6. Ajari pasien untuk tidur dan istirahat secara cukup
7. Ajari pasien senam dan olahraga secara teratur.






 








BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemoroid adalah pelebaran vena pada anus. Dapat diklasifikasikan menjadi dua hemoroid, hemoroid interna dan hemoroid eksterna.Prevalensi pada wanita hamil, kehamilan menyebabkan otot-otot pinggul menjadi semakin tidak elastis, wanita melahirkan, saat proses persalinan normal/ spontan yang selalu dibarengi dengan mengedan, semua pria yang umumnya berusia diatas 40 tahun, semua orang yang menderita obesitasi. Penyebab terlalu banyak mengejan saat buang air besar, kebiasaan berjongkok atau duduk terlalu lama, mengangkat beban terlalu berat misalnya: pembesaran prostat jinak ataupun kenker prostat, penyempitan saluran kemih, dan sering melahirkan anak, wanita hamil yang mengedan saat melahirkan, diare kronik, usia lanjut, hubungan seks peranal, hereditas, sembelit, genetic predisposisi, infeksi anal, pembedahan rektal atau episiotomi, alkoholisme, hipertensi portal (sirosis), batuk, bersin, muntah. Patofisiologi dari hemoroid disebabkan karena tekanan abdominal yang meningkat sehingga mengakibatkan ruktur didaerah sekitar anus. Apabila keadaan ini terus berlanjut maka akan mengalami kesulitan dalam mengeluarkan feses. 













KRITIK














SARAN















DAFTAR PUSTAKA

Daldiyono.1989.Dasar Gastroentologi Hepatologi.FKUI:Jakarta.
G.W, Tambunan.1994.Patologi Gastroentogi.EGC:Jakarta
Capernito,Lynda Juall.2000.Diagnosa Keperawatan.EGC:Jakarta
Nettina, Sandra M.2001.Pedoman Praktik Keperawatan
www.pubmed,diakes (tanggal 28 November 20006,13.15WIB)
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=278
http://.wartamedika.com/2008/02/pengobatan-ambien.html.
http://bedah umum worddpress.com/2008/10/08/hemeroidendoktomi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar